WRITINGTOOLS . Journal Templates. Journal Content. Search : Search Scope
Tingkatpencemaran udara diukur dengan Sensor gas MQ-7 yang berfungsi untuk mengukur kadar CO (Iqbal dan Hermanto, 2017) Dari penelitian yang sudah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan untuk bisa digunakan sebagai penyelesaian masalah yang dihadapi di masyarakat, yaitu dengan membuat suatu sistem monitoring kandungan gas Karbon Dioksida
dikajitentang pencemaran udara, transportasi, pembentukan gas NO 2, dampak NO 2, perbandingan dengan baku mutu, dan dispersi konsentrasi berdasarkan pemilihan lokasi dan waktu sampling, dan penentuan parameter yang akan diukur. satuan mobil penumpang (smp) dan kepadatan lalu 2.2 Pengambilan Data Primer a. Sampling Kondisi Meteorologi Data
Efekpencemaran nuklir terhadap makhluk hidup, dalam taraf tertentu, dapat menyebabkan mutasi, berbagai penyakit akibat kelainan gen, dan bahkan kematian. Pencemaran udara dinyatakan dengan ppm (part per million) yang artinya jumlah cm3 polutan per m3 udara. 2. Pencemaran air Polusi air dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemar sebagai
Salahsatunya dapat mengganggu kesehatan dan menimbulkan berbagai penyakit. Berikut beberapa dampak dari pencemaran udara yang perlu Anda ketahui. 1. Mengganggu Kesehatan Makhluk Hidup. Akibat pencemaran udara ini tidak jauh dari permasalahan tentang kesehatan, baik itu untuk manusia hingga hewan.
cara membuat pisang crispy coklat keju lumer. Jakarta - Pencemaran lingkungan environmental pollution adalah terkontaminasinya komponen fisik dan biologis dari sistem bumi dan atmosfer sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem tersebut bisa berasal dari kegiatan manusia ataupun proses alam, yang menyebabkan kualitas lingkungan menjadi tidak dapat berfungsi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup memberi penjelasan bahwa pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah menurut modul Kemdikbud Biologi Kelas X karya Khoirul Huda, pencemaran diartikan sebagai masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam sesuatu yang dapat menimbulkan pencemaran disebut polutan bahan pencemar. Zat dapat dikatakan sebagai polutan apabila jumlahnya telah melebihi batas normal, yang berada pada waktu dan tempat yang tidak pencemar dikenal juga dengan istilah limbah sampah. Limbah merupakan bahan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, seperti kegiatan rumah tangga yang kehadirannya dapat berdampak negatif bagi sifatnya limbah dapat digolongkan menjadi limbah cair, limbah padat, limbah daur ulang, limbah organik, dan limbah bahan berbahaya beracun B3.Pencemaran AirPencemaran air merupakan terjadinya perubahan penurunan kualitas air di suatu tempat perairan seperti laut, sungai, danau, dan air terjadinya pencemaran air -Pembuangan hasil bekas limbah industri, rumah tangga, ke perairan. -Adanya partikel-partikel tanah di perairan, akibat adanya bahan peledak dan racun dalam kegiatan menangkap ikan. -Tumpahannya minyak karena kebocoran tanker atau ledakan sumur minyak lepas UdaraPencemaran udara adalah masuk dan bercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfer, sehingga memunculkan polusi terjadinya pencemaran udara -Bebasnya karbon monoksida CO dan karbon dioksida CO2 ke udara, yang dapat berasal dari asap kendaraan, asap pembakaran atau kebakaran, asap rokok, asap cerobong asap vulkanik dari aktivitas letusan gunung berapi, sehingga dapat menebarkan partikel-partikel debu ke udara. -Bebasnya partikel, nitrogen oksida, dan oksida sulfur ke udara, akibat asap dari pembakaran batu bara pada pembangkit listrik atau pabrik. -Adanya Chloro Fluoro Carbon CFC, dari hasil kebocoran mesin pendingin seperti kulkas dan AC Tanah DaratPencemaran tanah atau darat merupakan penurunan kualitas tanah akibat masuknya ke dalam polutan ke lingkungan tanah, berupa zat kimia, debu, panas, suara, radiasi, dan terjadinya pencemaran tanah terbagi menjadi 3 golongan yaituLimbah domestik, yaitu limbah yang berasal dari kegiatan manusia. Umumnya, limbah domestik berupa sampah basah atau organik yang mudah industri, yaitu limbah padat berupa lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan, seperti sisa pengolahan pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood, pengawetan buah, dan pertanian, biasanya berasal dari pestisida atau DDT Dikloro Difenil Trikloroetana yang digunakan oleh petani untuk memberantas hama tanaman. Limbah pertanian ini juga merupakan jenis pencemaran lingkungan. Simak Video "Google Sediakan 11 Ribu Beasiswa Pelatihan untuk Bangun Talenta Digital" [GambasVideo 20detik] pal/pal
MATERI INI ADALAH MATERI PEMBELAJARAN UNTUK MEMAHAMI TENTANG TEKNIK PENGUKURAN PENCEMARAN UDARA Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free TEKNIK PENGUKURAN PENCEMARAN UDARADr. Safaruddin Konsep Dasar Pengukuran Pencemaran Udaraā¢Pengukuran-pengukuran bertujuan untuk menetapkan tingkat pencemaran udara yang dapat diterima denganmemperhatikan data biologi yang relevan pada manusia dan hewan. Selanjutnya pengukuran itu perlu dilakukanberbagai tempat untuk menentukan sumber-sumber pencemaran dan derajat pengendalian yang diperlukan. ā¢Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlahyang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. ā¢Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. ā¢Kelembaban udara bergantung pada konsentrasi uap air, dan H2O yang berbeda-beda konsentrasinya di setiapdaerah. ā¢Kondisi udara di dalam atmosfer tidak pernah ditemukan dalam keadaan bersih, melainkan sudah tercampurdengan gas-gas lain dan partikulat-partikulat yang tidak kita perlukan. ā¢Gas-gas dan partikulat-partikulat yang berasal dari aktivitas alam dan juga yang dihasilkan dari aktivitas manusia initerus-menerus masuk ke dalam udara dan mengotori/mencemari udara di lapisan atmosfer khususnya lapisantroposfer. ā¢Pencemaran udara terjadi apabila mengandung satu macam atau lebih bahan pencemar diperoleh dari hasil proses kimiawi seperti gas-gas CO, SO2, SO3, gas dengan konsentrasi tinggi atau kondisi fisik seperti suhu yang sangattinggi bagi ukuran manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. ā¢Adanya gas-gas tersebut dan partikulat-partikulat dengan konsentrasi melewati ambang batas, maka udara di daerah tersebut dinyatakan sudah tercemar. Dengan menggunakan parameter konsentrasi zat pencemar dan waktulamanya kontak antara bahan pencemar atau polutan dengan lingkungan udara, WHO menetapkan empat tingkatanpencemaran sebagai berikutā¢Pencemaran tingkat pertama; yaitu pencemaran yang tidak menimbulkankerugian bagi manusia.ā¢Pencemaran tingkat kedua; yaitu pencemaran yang mulai menimbulkankerugian bagi manusia seperti terjadinya iritasi pada indra kita.ā¢Pencemaran tingkat ketiga; yaitu pencemaran yang sudah dapat bereaksipada faal tubuh dan menyebabkan terjadinya penyakit yang kronis.ā¢Pencemaran tingkat keempat; yaitu pencemaran yang telah menimbulkansakit akut dan kematian bagi manusia maupun hewan dan CO, SO2, H2S, partikulat padat dan partikulat cair yang dapatmencemari udara secara alami ini disebut bahan pencemar udara alami, sedangkan yang dihasilkan karena kegiatan manusia disebut bahanpencemar buatan. Sumber bahan pencemar udara ada lima macam yang merupakanpenyebab utama sekitar 90% terjadinya pencemaran udara global di seluruh dunia yaituā¢Gas karbon monoksida, COā¢Gas-gas nitrogen oksida, NOxā¢Gas hidrokarbon, CHā¢Gas belerang oksida, SOxā¢Partikulat-partikulat padat dan cairGas karbon monoksida merupakan bahan pencemar yang paling banyak terdapat di udara, sedangkan bahan pencemar berupapartikulat padat maupun cair merupakan bahan pencemar yang sangat berbahaya sifat racunnya sekitar 107 kali dari sifat racunnya gas karbon monoksida. Gas karbon monoksida, COKarbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidakmempunyai rasa, titik didih -192Āŗ C, tidak larut dalam air dan beratnya 96,5% dari berat udara. Reaksi-reaksi yang menghasilkan gas karbon monoksidaantara lainā¢Pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar atau senyawa senyawakarbon lainnya 2 C + O 2 ? 2 COā¢Reaksi antara gas karbon dioksida dengan karbon dalam proses industriyang terjadi dalam tanur CO2 + C ? 2 COā¢Penguraian gas karbon dioksida pada suhu tinggi 2 CO2 ? 2 CO + O 2ā¢Gas karbon monoksida yang dihasilkan secara alami yang masuk keatmosfer lebih sedikit bila dibandingkan dengan yang dihasilkan darikegiatan manusia. Gas-gas Nitrogen oksida, NOxGas-gas Nitrogen oksida yang ada di udara adalah Nitrogen monoksidaNO, dan Nitrogen dioksida NO2 termasuk bahan pencemar udara. Gas Nitrogen monoksida tidak berwarna, tidak berbau, tetapi gas nitrogen dioksida berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam danmenyebabkan orang menjadi lemas. Reaksi-reaksi yang menghasilkangas NO dan NO2 antara lainā¢1210 ā 1765ĀŗCā¢2 N + O2 ? 2 NOā¢2 NO + O2 ? 2 NO Hidrokarbon CHā¢Sumber terbesar senyawa hidrokarbon adalah tumbuhtumbuhan. Gas metana CH4 adalah senyawa hidrokarbon yang banyak dihasilkan daripenguraian senyawa organik oleh bakteri anaerob yang terjadi dalamair, dalam tanah dan dalam sedimen yang masuk ke dalam lapisanatmosfer2 CH2On ? CO2 + CH4 Gas-gas belerang oksida SOxGas belerang dioksida SO2 tidak berwarna, dan berbau sangat tajam. Gas belerang dioksida dihasilkan dari pembakaran senyawasenyawayang mengandung unsur belerang. Gas belerang dioksida SO2 terdapatdi udara biasanya bercampur dengan gas belerang trioksida SO3 dancampuran ini diberi simbol sebagai + O2 ? SO22 SO2 + O 2 ? 2 SO3 Partikulatā¢Yang dimaksud dengan partikulat adalah berupa butiran-butiran kecil zat padatdan tetes-tetes air. Partikulat-partikulat ini banyak terdapat dalam lapisanatmosfer dan merupakan bahan pencemar udara yang sangat berbahaya.ā¢Di atas telah Anda pelajari bahwa pencemaran udara dapat memberikan dampaknegatif bagi makhluk hidup, manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Kebakaranhutan dan gunung api yang meletus menyebabkan banyak hewan yang kehilangan tempat berlindung, banyak hewan dan tumbuhan mati bahkan punah. Gas-gas oksida belerang SO2 dan SO3 bereaksi dengan uap air, dan air hujandapat menyebabkan terjadinya hujan asam yang dapat merusak gedung-gedung, jembatan, patung-patung sehingga mengakibatkan tumbuhan mati atau tidakbisa tumbuh. Gas karbon monoksida bila terhisap masuk ke dalam paru-parubereaksi dengan haemoglobin menyebabkan terjadinya keracunan darah danmasih banyak lagi dampak negatif yang disebabkan oleh pencemaran udara. Satuan-satuan pengukuran pencemaranā¢Kuantitas pencemaran dapat dinyatakan atasa dasar volume ataudasar massa. ā¢Untuk yang berdasarkan massa, satuan yang tepatialah gram/cm3 atau pon massa ft3. Satuan volumetric biasa digunakan sebagaibagian per sejutapart per million,atau ppm yang didefinisikansebagai 1 ppm = 1 volume gas pencemar106 volumeudara + pencemar atau 0,0001 persen volume = 1ppmā¢Untuk mengubah satuan volumetric menjadi satuan berdasarkanmassa,kita tentu harus mengetahui bobot molekul bahan pencemaritu agar dapat menghitung volumenya pada suhu dan tekanantertentu. APA ITU SIPAKU ?ā¢SIPAKU adalah sistem pemantauan kualitas udara secara online danrealtime. ā¢Sipaku merupakan sistem telemetri pemantauan udara yang terdiri dariperlatan sensor-sensor udara ambien, sistem sampling gas dan peralatandata loger yang terintegrasi dengan perangkat lunak yang dapat digunakanuntuk memantau secara kontinyu kualitas udara sesuai parameter IndeksStandard Pencemaran Udara ISPU atau standarisasi pengukuran kualitasudara yang lain seperti Gas Rumah Kaca GRK, pemantauan gas metan, pemantauan gas cerobong dan lainnya yang sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. ā¢Selain sensor, sistem Sipaku dikembangkan seluruhnya menggunakankomponen yang ada di pasar lokal sehingga memiliki kandungan kontendalam negeri yang cukup tinggi. ā¢Aplikasi yang dikembangkannya pun menggunakan Bahasa Indonesia agar mudah dioperasikan oleh pengguna. Sipaku untuk udara ambien mengacu kepada peraturan pemerintah no 41 tahun 1999 tentang Indeks Pemantauan Kualitas Udara ISPU. ā¢Dalam peraturan ini dijelaskan bahwa ISPU merupakan angka yang tidak mempunyaisatuan yang menggambarkan kondisi mutu udara ambien di lokasi tertentu, yang berdasarkan pada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan makhlukhidup lainnya. ā¢Parameter pencemar udara berdasarkan ketentuan ISPU yaitu CO, NO2, SO2, O3 dan PM. Udara ambien merupakan udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, mahluk hidup dan unsur lingkunganhidup lainnya. ā¢Dalam keadaan normal, udara ambien ini akan terdiri dari gas nitrogen 78%, oksigen20%, argon 0,93% dan gas karbon dioksida 0,03%. ā¢Baku mutu udara ambien merupakan ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/ataukomponen yang ada atau seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggangkeberadaannya dalam udara ambien. ā¢Pemerintah menetapkan baku mutu udara ambien sebagai batas maksimum kualitasudara ambien nasional yang diperbolehkan untuk di semua kawasan di seluruhIndonesia. ā¢Arah dan tujuan dari penetapan baku mutu udara ambien nasional adalah untukmencegah pencemaran udara dalam rangka pengendalian pencemaran udara nasional. ā¢Selain udara ambien, ada juga istilah udaraemisi. Udara emisi adalah udara yang langsungdikeluarkan oleh sumber emisi seperti knalpotkendaraan bermotor dan cerobong gas buangpabrik. ā¢Tergantung dari pengelolaan lingkungannya, udara emisi bisa mencemari udara ambien atautidak mencemari udara ambien. ā¢Kualitas udara emisi bisa berbahaya bagikesehatan manusia jika setiap hari kitamenhirup udara yang tercemar gas-gas berbahaya. ā¢Oleh sebab itu perlu diadakan pemantauan dananalisis udara ambien dan udara emisi denganbeberapa parameter. ā¢Parameter-parameter kualitas udara emisi yang dipantau umumnya hampir sama seperti gas SOx, CO, NO2, H2S, NH3 dan partikulat yang berbentuk padat. ā¢Kendaraan bermotor merupakan salah satu sumberpencemar udara yang berasal dari proses pembakaranbahan bakar khususnya untuk daerah perkotaan. ā¢Emisi gas buang yang keluar dari kendaraan bermotor padaumumnya mempunyai karakteristik bahan pencemarseperti Sulfur Dioksida SO2, Nitrogen Dioksida NO2, Karbon Monoksida CO, Partikulat debu, Hidro KarbonNMHC dan bahan-bahan organik lainnya. ā¢Disamping itu juga bisa ditetapkan parameter lainnyatergantung dari hasil inventarisasi sumber emisi yang ada. ā¢Debu partikulat dapat berasal dari alam ataupun kegiatanmanusia. ā¢Sumber alam, contoh letusan gunung berapi dandekomposisi material. ā¢Sedangkan dari kegiatan manusia berasal dari pembakaranbahan bakar fossil. ā¢Ukuran partikel bervariasi mulai dari yang kasat matahingga yang tidak terdeteksi sehingga harus memerlukanperalatan khusus. ā¢Dalam konteks udara maka ukuran partikel dibedakanantara PM10, serta TSP. Angka 10 dan menunjukkan diameter partikel dalam mikron µ. KOMPONEN PERALATAN SIPAKU Sistem peralatan Sipaku dikembangkandengan terdiri dari beberapakomponen, yaitu ā¢Titik Pengambilan Sistem Samplingā¢Pre Treatment/Pengkondisian Udaraā¢Sistem Chamber Sensorā¢Data Logger Titik Pengambilan Sistem Samplingā¢SIPAKU merupakan alat pemantauan udara yang bersifattetap fiks dimana titik pengambilan ditentukan dalamsatu titik diluar gedung/bangunan.ā¢Titik pengambilan sampel udara dapat diambil darirooftop gedung sehingga aman dari gangguan baikgangguan fluktuasi kualitas udara akibatmobilisasi/aktifitas kegiatan masyarakat disekitar maupundari pencurian. ā¢Bangunan titik pengambilan sampel udara didesainsedemikian rupa sehingga air hujan tidak masuk dan tidakterhisap pada saat hujan. ā¢Bahan terbuat dari pipa stainless steel diameter 0,5 inch dan 1,5 inch dan plat stainless steel tebal 0,1 mm sebagaipayung pencegah air masuk pada saat hujan. ā¢Adapun diameter pipa untuk tiang adalah 1,5 inch denganpanjang/tinggi dapat disesuaikan sesuai kondisi di lapangan. Pre Treatment/Pengkondisian Udaraā¢Nilai Humidity/kelembaban udara ambien khsusnya di Indonesia bersifat fluktuatif biasanya dipengaruhi oleh cuaca dimana nilaihumidity pada waktu pagi, siang, sore dan malam cenderungfluktuatif dimana nilai humidity malam lebih besar dibandingkansiang. Fluktuasi nilai Humidity akan mempengaruhi kualitas bacaandari sensor disebabkan fraksi air menghalangi kontak antar udara dansensor. Oleh karena itu, diperlukan pengolahan agar nilaihumiditynya kecil dan konstan.ā¢Untuk mengatasi hal tersebut, Sipaku telah dilengkapi dengan sistemwater trap perangkap air dan filter 2 tahap yang berfungsi untukmenangkap air dalam gas. Perangkap air bertujuan untukmemisahkan partikel air yang terperangkap pada gas secara gravitasidimana berat jenis gas yang ringan cenderung naik dan mengalirmasuk ke unit filtrasi 2 tahap. Teknologi filtrasi 2 tahap bertujuanuntuk menangkap air yang terdisolved pada fase cair. Media filtrasiyang digunakan yaitu karbon aktif dan mangan zeolit berfungsi untukmenangkap zat organik fase padat yang terdisolved ke dalam fasegas. Sedangkan filtrasi ke 2 menggunakan silika blue yang berfungsiuntuk menangkap fase cair yang terdilusi dalam gas. Berikut posisidan bentuk filtrasi 2 tahap yang ada di Sipaku. Sistem Chamber Sensorā¢Dalam pengukuran manual/konvensional, bahwa untukmendapatkan hasil pengukuran yang valid representatif maka teknik yang digunakan dari mulaipengambilan sampel hingga penganalisaan di laboratorium sangat menentukan. ā¢Hal senada juga berlaku pada sistem pengukuranberbasis sensor secara realtime dan on line. ā¢Salah satu faktor penentu validitas dalam pengukuran iniyaitu keberadaan chamber-chamber sensor. ā¢Chamber sangat diperlukan mengingat tiap parameter pencemar mempunyai karakteristik yang berbeda-bedasatu sama lain. Sehingga dalam pengukuran diperlukanchamber-chamber untuk meletakkan masing-masingsensor untuk setiap parameter pencemar. ā¢Bentuk chamber pada SIPAKU silinder dengan diameter 1,5 inch yang terbuat dari pipa stainless steel denganpanjang 15 cm. ā¢Berikut peletakkan chamber pada Sipaku. Terlihat padagambar dimana sensor diletakkan di atas chamber yang dialiri gas/udara ambient. Data Logger ā¢Perangkat data logger Sipaku dikembangkan menggunakanteknologi Single Board Computer / SBC Mini210 dan mikrokontroler ATMega 2560 sebagai pengendali utama yang memilikifitur-fitur ADC, External Interupt, Protokol komunikasi digital I2C, serial dan One Wire. ā¢Mikrokontroler tersebut terhubung dengan beberapa modul yang digunakan yaitu modul SIM900, SD Card, dan SBC. ā¢Selain itu tipe lain dari data logger Sipaku dikembangkanmenggunakan SBC Raspberry PI yang dapat dipergunakan sebagaidata logger berbasis microprocessor dan internet of thing IoT. ā¢Penyimpanan data hasil pengukuran dapat dilakukanmenggunakan modul SBC ini yang disimpan pada SD Card atauMicro SD. ā¢Jumlah data yang dapat disimpan tergantung kapasitas dari SD Card / Micro SD yang digunakan. ā¢Selain itu pengiriman data dapat dilakukan menggunakankomunikasi 2G, 3G dan 4G Lte dengan menggunakan perangkatmodem sehingga data dapat dikirim ke tempat yang jauh. ā¢Data hasil pengukuran dapat diterima di server atau pun perangkatmobile. ā¢Versi pertama dari Sipaku dikembangkanmenggunakan SBC Mini 210 dan micro controler ATMega 2560. Sipaku versi inimemantau 5 parameter udara sesuai denganstandar ISPU O2, NO2, SO2, CO dan PM10. ā¢Aplikasi user interface pada versi inidikembangkan berbasis Microsoft Windows CE. ā¢Data hasil pemantauan dikirimkan ke pusatdata menggunakan protokol TCP/IP baikmelalui jaringan LAN Wifi maupun koneksiinternet. ā¢Selain dikirimkan ke pusat data, hasilpemantauan juga ditampilkan ke dalam layarLCD perangkat Sipaku, sehingga penggunadapat langsung memantau kualitas udaraambien dari sistem peralatan Sipaku. ā¢Versi kedua Sipaku dikembangkanmenggunakan SBC Raspberry PI dan micro controler ATMega 2560. ā¢Sama dengan versi sebelumnya, Sipaku ini juga memantau udara ambien sesuaidengan standar ISPU O2, NO2, SO2, CO danPM10. ā¢Aplikasi user interface pada versi inidikembangkan menggunakan teknologiberbasis web. ā¢Data hasil pemantauannya dapat dikirimkanmelalu jaringan intranet dan internet menggunakan perangkat modem 3G atau 4G Lte. ā¢Selain dapat dilihat melalui alamat web servernya, hasil pemantauan juga dapatdilihat pada layar LCD pada peralatan Sipakuversi kedua ini. PELAKSANAAN PENGAMBILAN SAMPEL UDARA PELAKSANAAN PENGAMBILAN SAMPEL UDARA ā¢Peralatan sampling umumnya terdiri dari collector, flowmeter dan vacuum pump. ā¢Untuk mengumpulkan sampel gas dapat digunakan collector sepertiimpinger, fritted bubbler atau tube adsorber dimana sampel akan bereaksiterhadap penyerap yang spesifik. ā¢Sedangkan untuk mengumpulkan sampel berupa partikel diperlukan filter. Flowmeter berfungsi untuk mengetahui volume udara yang terkumpul, dapat berupa dry gas meter, wet gas meter atau rotameter. ā¢Vacuum pump digunakan untuk menghisap udara ke dalam collector. Ketelusuran data hasil pengukuran umumnya tergantung kepada alat ukurflow meter. Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel Udara Ambien ⢠Area dengan konsentrasi pencemar tinggi. ⢠Area dengan kepadatan penduduk tinggi. ⢠Di daerah sekitar lokasi. ⢠Di daerah proyeksi. ⢠Sesuai dengan strategi pengendalian pencemaran. ⢠Mewakili seluruh wilayah studi. ā¢Penentuan lokasi pemantauan udara ambien dilakukan pada arahangin dominan, dengan jumlah titik minimum dua denganmengutamakan daerah pemukiman atau tempat-tempat spesifik. Sedangkan pada arah angin lainnya minimum satu titik dengankriteria penetapan lokasi seperti pada gambar 1. Penempatan Probe Penempatan probe atau tempat masuk sampel udara dilakukandengan melihat beberapa faktor. Tetapi secara umum peraturan yang dapat digunakan adalah sebagai berikut 1. Probe harus ditempatkan pada jarak lebih dari 15 m dari jalan Ketinggian probe antara 3 sampai 6 m dari permukaan Pengambilan sampel partikulat dilakukan minimal 2 m diataspermukaan datar. 4. Probe harus lebih dari 15 m dari suatu pemanas atau exhaust vent pemanas Probe ditempatkan minimal 2 kali ketinggian gedung yang terdekat. Penempan Peralatan Pemantau Kualitas Udara Ambien Hal-hal lain yang harus diperhatikan dalam menempatkan peralatanpemantau kualitas udara ambien adalah 1. Hindari tempat yang dapat mengganggu aliran udara di sekitar alattempat masuknya udara inlet, seperti gedung, pohon, dinding;2. Hindari tempat yang dapat mengubah konsentrasi efek adsorpsidan obsorpsi seperti dekat gedung dan pohon;3. Hindari tempat yang terlalu dekat dengan sumber emisi;4. Tempatkan peralatan pada tempat yang mempunyai sarana listrik, jauh dari bahaya bencana alam dan ditempatkan secara aman. Penetapan Lokasi Pemantauan MeteorologisPenetapan lokasi pemantauan meteorologis dilakukan denganmempertimbangkan 1. Lokasi peralatan pemantau yang relatif dekat dengan bangunan/pohon Lokasi peralatan pemantau yang relatif jauh dari bangunan / pohontertinggi Untuk lokasi peralatan pemantau yang relatif dekat dengan bangunan /pohontertinggi berlaku ketentuan sebagai berikutgambar 2 a. Minimal 2,5 kali tinggi penghisap alatpemantau kualitas udara ambien yang membentuk sudut 30o terhadapbangunan / pohon tertinggi; b. Minimal 2 meter lebih tinggi daribangunan / pohon tertinggi di sekitarnya;c. Tinggi lokasi penghisap alat pemantaukualitas udara sample inlet minimal 3 meter;d. Tinggi lokasi peralatan pemantaukondisi meteorologis minimal 10 meter. Keterangan a = tinggishelter + 0,5 m minimal 3 m b = minimal 2,5 kali tinggi sampel inlet udaraminimal 10 m Keterangan a = tinggi shelter + 0,5 m minimal 3 m b = minimal 2,5 kali tinggi sampel inlet udara minimal 10 m Untuk lokasi peralatan pemantauyang relatif jauh dari bangunan / pohon tertinggi jarak peralatan kebangunan / pohon tertinggi minimal 10 kali tinggi bangunan / pohontertinggi, berlaku ketentuan sebagaiberikut gambar 3 a. Minimal 2,5 kali tinggi penghisapalat pemantau kualitas udaraambien;b. Tinggi lokasi penghisap alatpemantau kualitas udara sample inlet minimal 3 meter;c. Tinggi lokasi peralatan pemantaukondisi meteorologis minimal 10 meter. ā¢Sebagai alternatif dalam menentukan lokasi sampling udara ambiendapat digunakan model matematis sederhana untuk penentuankonsentrasi permukaan ground concentration. ā¢Model ini hanya merupakan salah satu dari model dispersi lainnyayang bisa didapatkan bebas dari internet atau dibeli dalam bentuksoftware siap pakai. Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel Udara Emisiā¢Lokasi sampling emisi sumber tidak bergerak adalah cerobong yang mengeluarkan emisi dari suatu proses atau fasilitas. ā¢Jenis fasilitas yang dipantau emisinya diatur dalam peraturan yang sudahditetapkan oleh pemerintah. ā¢Sebagai contoh industri pulp dan kertas harus melakukan pemantauanemisi dari tungku recovery, tanur putar pembakaran kapur, tangkipelarutaan lelehan, digester, unit pemutihan, tenaga ketel uap dan sumberlainnya, sedangkan fasilitas yang harus dipantau emisinya oleh pabrikpupuk majemuk-NPK adalah scrubber, tenaga ketel uap dan sumberlainnya.ā¢Penentuan lokasi difokuskan pada1. Lokasi lubang pengambilan contoh uji2. Titik Pengambilan contoh uji sampling point 1. Lokasi lubang pengambilan contoh ujiā¢Lubang sampling harus dibuat pada posisi dimana kecepatan alir dariemisinya adalah laminer, tidak turbulensi karena kondisi inidiperlukan untuk pengukuran partikulat. Dan ini biasanya pada posisitidak dekat dengan gangguan aliran seperti belokan, pengecilan ataupembesaran cerobong. ā¢Secara umum pedoman penempatan lubang pengambilan cntoh ujidi cerobong adalah pada jarak 5-10 kali diameter hulu bawah daribelokan atau 3-5 kali diameter hilir atas dari gangguan aliran. ā¢Menurut USEPA Method 5 posisi lubang sampling adalah pada 8 delapan kali diameter dari aliran bawah hulu yang diukur daribelokan, ekspansi atau pengecilan aliran dalam cerobong dan 2 dua kali diameter dari aliran atas hilir. ā¢Jika diperlukan, penentuan lokasi alternatif juga dapat dilakukandengan syarat minimum jarak dari gangguan bawah 2D dan 0,5D darigangguan atas. ā¢Prosedur alternatif ini hanya dapat dilakukan sebagai batas dapatditerimanya suatu lokasi pengukuran jika kondisinya tidak dapatmemenuhi kriteria 8D dan 2D. ā¢Diameter D yang dimaksud tersebut adalah diameter ekivalen yaitudiameter yang mewakili system cerobong dalam penentuan titikpengambilan contoh uji dan titik lintas. ā¢Menurut Kep. Kepala Bapedal no 205 tahun 1996, pemilihan lokasilubang pengambilan contoh uji emisi gas buang sumber tidakbergerak dilakukan pada suatu tempat yang paling sedikit 8 delapan kali diameter dari aliran bawah hulu yang diukur dari belokan, ekspansi atau pengecilan aliran dalam cerobong dan 2 dua kali diameter dari aliran atas hilir. ā¢Jika perlu lokasi alternatif dapat dipilih pada posisi paling tidak 2 dua kali diameter dari aliran bawah dan 0,5 kali diameter dari aliranatas atau pada posisi dimana kecepatan aliran gas adalah homogen. ā¢Lokasi alternatif dapat dipakai dengan syarat memperbanyak titikintas pada saat pengambilan contoh uji debu. ā¢Untuk cerobong berpenampang empat persegi panjang, dapatditentukan dengan diameter ekivalen De sebagai berikut De = diameter ekivalenL = panjang penampang cerobongW = lebar penampang cerobongā¢Untuk cerobong yang mempunyai diameter yang berbeda, dimanadiameter dalam pada aliran atas lebih kecil dari pada diameter dalam aliranbawah, maka diameter ekivalen De ditentukan sebagai berikut De = diameter ekivalend = diameter dalam cerobong bagian bawahD = diameter dalam cerobong bagian atas Hal lain yang harus diperhatikan dalam penentuan lokasi lubang sampling tersebutadalah a. Lokasi harus relatif memudahkan dalam pengambilan contoh uji dan Lokasi harus relatif kuat untuk menjaga keamanan petugas pengambil contohuji dan peralatan pengambilan atau pengukuran contoh uji. Oleh karena itu sarana yang perlu dibuat dalam pembuatan lubang pengambilancontoh uji adalah a. Tangga yang aman untuk menuju ke lokasi lubang pengambilan contoh uji. Untuk tangga yang dibuat tegak lurus, perlu dibuat suatu selubungpengaman .b. Scaffold atau penyangga yang kuat untuk pijakan petugas dan tempatpenyimpanan peralatan yang disertai dengan pagar Lubang pengambilan contoh uji sebanyak dua buah dengan diameter dalamminimal 10 cm yang disertai dengan flange dan ditutup dengan system pelatflange yang dilengkapi dengan baut. Lubang ini sebaiknya dibuat tegak luruspada dinding cerobong dengan ketinggian sekitar 1,5m dari penyangga. 2. Titik Pengambilan contoh uji sampling pointā¢Titik pengambilan contoh adalah tempat/posisi dimana ujung dari tabung probe pengambil contoh uji berada. ā¢Pengambilan contoh uji partikulat dilakukan pada titik lintas atau traverse point yaitu titik pengambilan contoh yang mewakili suatu penampang lintangcerobong. ā¢Posisi titik lintas tergantung dari diameter dalam cerobong dan ketinggian posisilubang sampling dari gangguan aliran seperti belokan. ā¢Jika distribusi konsentrasi gas dalam cerobong homogen maka titik pengambilancontoh uji untuk parameter gas didalam cerobong bisa dimana saja dengan jarakdari dinding cerobong direkomendasikan lebih dari 0,3 m. ā¢Jika distribusi konsentrasi gas tidak homogen, diperlukan metode titik lintastraverse point seperti yang dipersyaratkan pada saat pengambilan contoh total partikulat/debu. ā¢Untuk mendapatkan konsentrasi rata-rata yang representatif diperlukanpengambilan contoh dibanyak titik kemudian hasil yang diperoleh di rata-ratakan. C. Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien Pengambilan contoh uji udara memerlukan teknik dan peralatantertentu. Teknik pengumpulan terbagi menjadi dua kategoridikarenakan sifat fisik parameternya, yaitu teknik pengumpulan gas danpartikulat dari udara ambient sebagai berikut 1. Teknik Pengambilan Sampel Gas di Udara Ambien2. Teknik Sampling Partikulat Dari Udara Ambien 1. Teknik Pengambilan Sampel Gas di Udara Ambien a. Teknik absorpsiā¢Peralatan sampling umum yang menggunakanteknik absorpsi Bubblers dan impinge.ā¢Parameter yang diukur sesuai PP41 tahun 1999 dan Kepmen 50 tahun 1996 adalah Sulfur Dioksida SO2; Nitrogen Dioksida NO2; Oksidan Ox ā¢Adapun parameter yang diukur sesuai Kepmen50 tahun 1996 adalah Amoniak NH3; Hidrogensulfida H2S; Solid absorption.ā¢Parameter yang diukur sesuai PP41 tahun 1999 adalah indeks sulfat; Filter Sampling. ā¢Parameter yang diukur menggunakan metodaPasif Martin Ferm; SO2, NO2 dan gambar A = botol penyerap midget impinger B = flow meter C = kran pengaturD = pompaE = gas meter tipe kering denganrentang 1L/putaran b. Teknik adsorpsi; Parameter yang diukursesuai PP41 tahun 1999 adalah Teknik pendinginan; Parameter yang diukur sesuai Kepmen 50 tahun 1998 adalahHidrogen Sulfida, Metil Merkaptan, MetilSulfida, Dimetil Sulfida dan Stiren; d. Pengumpulan dengan kantong udara; Parameter yang diukur sesuai PP41 tahun1999 adalah Hidrokarbon dankarbonmonoksida. 2. Teknik Sampling Partikulat Dari Udara Ambien Pengumpulan partikulat atau aerosol di udara yang umumdilakukan adalah sebagai berikut a. Settlement; Parameter yang diukur sesuai PP41 tahun1999 adalah Debu Filtration; Parameter yang diukur sesuai PP41 tahun1999 adalah TSP, untuk PM10 dan diperlukanalat dengan modifikasi terhadap inlet dan kapasitaspompa Impingement collector; Umumnya metoda inidigunakan untuk mengidentifikasi sumber pencemarpartikulat dalam suatu Particulate matter analyzer umumnya menggunakanmetode gravimetri, pendaran cahaya atau kemampuanpartikel dalam menahan cahaya. D. Teknik Pengambilan Sampel Udara Emisi1. Pengambilan Sampel partikulat debu dalam emisi gas buang sumber tidak bergerak. Untukmendapatkan hasil pengukuran partikulat yang representatif maka pengambilan contoh udara harusdilakukan dalam keadaan isokinetik. Isokinetik adalah suatu kondisi kecepatan aliran udara dalamsaluran pengambil contoh sama dengan kecepatan aliran gas pada titik pengaambilaan contoh ujidalam cerobong. Jika sampling tidak dilakukan dalam kondisi isokinetik, maka akan terjadikesalahan-kesalahan sebagai berikut ā¢Volume udara sampling tidak sebanding dengan luas penampang, yang akan menyebabkankonsentrasi partikulat yang terkumpul dalam alat sampling tidak sama dengan konsentrasipartikulat dalam cerobongā¢Partikel dengan diameter 3 ā 5 mikron akan mengalami penyimpangan dari aliran gas pembawanya. Dengan demikian distribusi partikel dalam sampling probe tidak sama dengandistribusi partikel dalam cerobong. Jika kecepatan aliran gas dalam saluran pengambil contoh uji nozzle lebih besar dari kecepatanaliran gas dalam cerobong, maka konsentrasi partikulat yang terukur akan lebih kecil darikonsentrasi partikulat yang sebenarnya. Sebaliknya, jika kecepatan aliran gas dalam saluranpengambil contoh uji nozzle lebih kecil dari kecepatan aliran gas dalam cerobong, makakonsentrasi partikulat yang terukur akan lebih besar dari konsentrasi partikulat yang sebenarnya. 2. Pengambilan sampel gas dalam emisi gas buang sumber tidak bergerak. Pada dasarnyasampling gas dalam cerobong lebih mudah dibandingkan dengan sampling partikulat, karena kecepatan aliran gas dalam probe sampling tidak harus sama dengan kecepatanaliran gas dalam cerobong, dengan kata lain tidak perlu gas untuk setiap titik lintasan pengukuran pada umumnya sama, dengandemikian sampling gas cukup representatif pada satu titik lintasan pengukuran. Walaupundemikian perlu diperhatikan mengenai gangguan yang mungkin timbul dalam sampling gas sehingga mutu hasil samping dapat dikendalikan dan terjamin absah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan a. Partikulat dapat bereaksi dengan gas yang akan diukur dan juga dapat menutupi pipapengambilan gas, sehingga proses sampling dapat terganggu. Untuk menghilangkangangguan partikulat, maka ketika sampling harus menggunakan filter. b. Gas buang dapat terkondensasi dalam saluran sampling sehingga gas yang diukurdapat terlarut dalam air akibatnya terjadi kelarutan gas. Untuk menghindari gangguanini, maka perlu dilakukan pemanasan pada aliran gas. c. Saluran sampling dan sistem pengumpulan gas harus terbuat dari bahan yang inert, yang tidak bereaksi dengan gas yang akan diukur. d. Teknik pengumpulan gas, seperti absorpsi dengan pereaksi kimia, harus diketahuiefisiensi pengumpulannya. e. Metode analitik pengukuran yang digunakan haruis spesifik, akurat, sensitif dan bebasdari senyawa-senyawa pengganggu. Teknik sampling gas yang digunakan dapat berupa a. Absorpsi dengan cairan kimia yang spesifik. Gas buang dari cerobong dihisap denganlaju aliran tertentu, kemudian dilewatkan ke dalam impinger yang berisi cairan kimiayang spesifik, sehingga gas pencemar yang akan diukur larut dalam larutan Adsorpsi pada permukaan padat adsorbent. Teknik ini biasanya digunakan untukpengukuran gas Teknik pendinginan dilakukan dengan cara melewatkan sejumlah gas buang dalamsuatu rangkaian trap pendingin, sehingga uap gas yang akan diukur menjadi cair. d. Teknik mengumpulkan sejumlah gas buang dalam suatu kantung atau tabung sampel. Pada umumnya susunan rangkaian peralatan sampling gas terdiri dari filter, probe, pengumpul gas, gas meter, pengatur laju alir dan pompa. Ada 3 macam pengambilan contoh gas dengan menggunakan larutan penyerap yang popular dilakukan, seperti terlihat pada gambar 3 dan 4 berikut ini. a. Metoda sampling dengan Bubbler; Rangkaian peralatan seperti pada gambar 11 digunakan untuk pengambilan contoh gas dalam jumlah besar 10 - 20 Metode labu vakum; Contoh gas diambil kedalam labu yang telah diisi larutanpenyerap den telah Pengambilan contoh dengan wadah container; Kontainer/wadah ini dipakai untukmembawa gas yang telah diambil dari cerobong asap ke laboratorium sesudahpengambilan contoh dilapangan. 3. Continuous Emission Monitoring CEM Continuous Emission Monitoring CEM adalah pengukuran emisi secara langsungdari cerobong menggunakan alat otomatis yang yang dilakukan pada periodewaktu yang lama secara terus menerus minimal 24 jam, umumnya lebih dariseminggu. Dengan cara ini bisa dilihat kecenderungan emisi yang dihasilkan juga bisa dilihat efektivitas alat pengendali emisi yang digunakan dan sebagai evaluasilaju produksi dari suatu proses yang dilakukan. Persyaratan pemasangan CEM meliputi a. mendeteksi minimal semua parameter yang adaa didalam baku mutu emisiyang ditetapkan sesuai dengan jenis Mendeteksi laju alir volume emisi yang dikeluarkanc. berada pada lokasi yang relatif memudahkan dalam pemeriksaan kualitasudara emisi, mudah terlihatd. berada pada lokasi yang relatif kuat untuk menjaga keamanan petugaspemeriksa atau alat CEM. E. Penanganan SampelSampel merupakan bukti fisik dan harus dapat mendukung proses pengambilan kebijakan, oleh sebab itudiperlukan rekaman data dan rangkaian pengamanan sampel, untuk menjamin ketertelusuran sampel, mulaidari pengambilan sampai dengan sampel dianalisis. 1. Rekaman Pengambilan Sampelā¢Pada setiap pengambilan sampel udara , kondisi meteorologis dan kondisi lapangan selalu dicatat dalamāRekaman Data Pengambilan Sampelā, karena faktor ini akan mempengaruhi parameter yang akan diukur.ā¢Pada umumnya pengujian parameter gas di udara ambien dan emisi sumber tidak bergerak dilakukan di lapangan sesegera mungkin. Oleh sebab itu penanganan sampel dilakukan juga terhadap data sementarahasil sampling. Data-data yang diperoleh diperlakukan sebagai da ta āconfidentialā. Begitu pula jikasampling dilakukan menggunakan alat gas analyzer dimana data hasil pengujian langsung didapat. ā¢Pengamatan lapangan selama pengambilan sampel sangat penting dilakukan, karena dapat membantudalam interpretasi data. Hasil pengamatan lapangan saat pengambilan sampel perlu dicatat atau direkamsebelum meninggalkan lokasi pengambilan sampel termasuk bila ada kejadian luar biasa pada saatpengambilan sampel. Pengamatan lapangan tersebut perlu dilengkapi dengan foto dan sketsa lokasipengambilan sampel yang menggambarkan titik pengambilan sampel yang diambil serta informasi yang adaseperti sumber pencemar dsb. Rekaman pengambilan sampel udara minimal harus mencakup ā¢tanggal analisa sampelā¢kecepatan alirā¢hasil analisa parameter, satuan, metode, baku mutuā¢kecepatan alirā¢kadar oksigenā¢beban atau debit emisiā¢Jenis fasilitas yang diukur ataulokasiā¢Nama, kode atau nomorcerobongā¢kapasitas produksiā¢bahan bakarā¢bahan bakuā¢spesifikasi cerobongketinggian cerobong, diameter, posisi lubangsamplingā¢tanggal pengambilan sampelā¢Waktu jam pengambilansampel 2. Rangkaian Pengamanan Sampel Chain of Custody; Rangkaian pengamanan sampel dituangkan dalam āFormulir Rangkaian Pengamanan Sampelā. Formulir berisi informasi kondisi pengambilan sampel, dan diisi oleh petugas pengambil sampel dandilengkapi oleh petugas penerima sampel. Secara umum pengamanan sampel dilakukan dengancara a. Identifikasi / pengkodean sampel; sampel; c. Penyegelan wadah sampel; d. Pencegahan kontaminasi selama transportasi ke laboratorium; e. Penyimpanan sampel di laboratorium; f. Abnormalitas/ hal-hal yang menyimpang dari prosedur yang ditetapkan perludicatatLaboratorium penguji yang dipilih untuk menganalisis sampel yang telah diambil sedapat mungkinadalah laboratorium kompeten yang terdekat dengan lokasi pengambilan sampel, yaitulaboratorium yang terakreditasi atau telah menerapkan jaminan mutu dan pengendalian mutusesuai SNI ISO/IEC 170252008 untuk parameter yang dimaksud, dengan menyerahkan rekamanrangkaian pengamanan sampel yang dilakukan. Bila memungkinkan, dapat juga menggunakan jasapelayanan pengiriman sehingga sampel dapat diterima di laboratorium sebelum melebihi bataspenyimpanan maksimum. Pengiriman sample harus disertai dengan Rangkaian PengamananSampel Chain Of Custody dan Berita Acara Penyerahan Sampel. Pada umumnya RangkaianPengamanan Sampel berisi informasi sbb.a. Jumlah sampel yang dikirim; b. Tanggal dan waktu pengambilan masing-masing sampel; dan alamatnya; matrik sampel; e. Parameter yang akan diuji; f. Metodeanalisis yang dibutuhkan tiap sampel; g. Pengawet yang digunakan bila ada; wadahmasing-masing sampel. i. Waktu dan tanggal penerimaan; orang yang membawa danmenerima sampel. Rangkaian Pengamanan Sampel juga mengandung bagian untuk memberikan komentar terhadapmasing-masing sampel, sebagai contoh kondisi sampel pada saat diterima, temperatur dalampenyimpan sampel, atau catatan tambahan termasuk abnormalitas sampel pada saat sampelsampai ke laboratorium JAMINAN MUTU DAN PENGENDALIAN MUTU PENGAMBILAN SAMPEL UDARA A. Jaminan Mutu . Jaminan mutu merupakan bagian penting dalam menghasilkan data lapangan yang dapatdipertanggungjawabkan secara teknis dan hukum. Komponenkomponen jaminan mutu terdiri dari 1Personilyang terlibat dalam pengambilan sampel harus merupakan bagian dari organisasi yang legal dan bebas daripengaruh dan tekanan apapun; 2Personil pengambil sampel memenuhi kualifikasi pendidikan yang tepat, pelatihan yang memadai, pengalaman yang sesuai dan ketrampilan yang bisa ditunjukkan; 3Dokumentasipengambilan sampel harus baik dan benar mulai dari perencanaan, pengambilan sampel, pelabelan, transportasi, penerimaan, penanganan, perlindungan dan penyimpanan; 4Pemeliharaan rekaman kalibrasiperalatan yang digunakan untuk pengukuran parameter di lapangan. B. Pengendalian Mutu. Pengendalian mutu di lapangan merupakan bagian yang sangat penting dari suatuprogram jaminan mutu dilapangan Field quality assurance. Disamping itu perlu dilakukan kontrol mutu padapengambilan contoh yang bertujuan untuk memperoleh contoh representatip dan kontrol kontaminasi sepertipenggunaan blangko dan sampel duplikat. Pada umumnya, pengendalian mutu sampel udara di lapanganmeliputi hal berikut 1. Uji Blanko lapangan dan laboratorium ; 2 Uji Presisia. Blanko Laboratorium. Untuk mengetahui kontaminasi, baik terhadap pereaksi yang digunakan maupunterhadap tahap-tahap selama penentuan, digunakan larutan penyerap sebagai sampel yang disimpan di laboratorium dan dikerjakan sesuai dengan penentuan sampel. b. Uji Blanko Perjalanan. Untuk mengetahui kontaminasi selama perjalanan bila analisa tidak langsungdilakukan di lapangan. Blanko yang digunakan adalah larutan penyerap yang diperlakukan sebagaisampel yang dibawa serta ke lapangan dan dibawa kembali ke laboratorium serta diuji sesuai prosedurpengujian sampel. c. Uji Blanko Lapangan. Untuk mengetahui kontaminasi selama di lapangan bila analisa tidak langsungdilakukan di lapangan. Seperti halnya blanko perjalanan, blanko yang digunakan sebagai blako lapanganadalah larutan penyerap yang dibawa ke lapangan dan dibiarkan dala wadah terbuka selama pengambilansampel dan ditutup kembali setelah pengambilan sampel selesai. Blanko ini diperlakukan sama dengansampel, kemudian dibawa ke laboratorium serta diuji sesuai prosedur pengujian sampel DAFTAR PUSTAKA ā¢Annual Book of ASTM Standards, 1997. Atmospheric Analysis, Volume japan Industrial Standard Handbook. 1995. Japanese Standards Association Japan Industrial Standard Handbook, 2002. Japan Standard Association ā¢Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP 13/MENLH/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerakā¢Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP129/MENLH/2003 tentang Baku Mutu Emisi Usaha dan atau KegiatanMinyak dan Gas Bumiā¢Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor KEP03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan TeknisPengolahan Limbah Bahan Berbahaya Beracun B3 ā¢Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor KEP205/BAPEDAL/07/1996 tentang Pedoman TeknisPengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerakā¢Methods of Air Sampling and Analysis, third Edition. James Lodge ed 1988 ā¢Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udaraā¢Stern, Arthur C. 1993. Air Pollution, vol. III. Academic Press Inc., San Diego ā¢Stern, Arthur C. 1993. Air Pollution, I. Academic Press Inc., San Diego ā¢Williamson, 1973. Fundamentals of Air Pollution. Addison- Wesley Publishing Corporation Colls, Jeremy. 1997, Air Pollution An Introduction, E&FN SPON, London ā¢Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep205/BAPEDAL/07/1996 tentang Pedoman TeknisPengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerakā¢Anonim, 1994. Air Quality Monitoring Manual, Environmental Management Bureau, Department of Environment & Natural Resources Soedomo, M. 1999. Pencemaran Udara. Penerbit ITB, Bandung. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this japan Industrial Standard Handbook. 1995. Japanese Standards Association Japan Industrial Standard HandbookBookStandards⢠Annual Book of ASTM Standards, 1997. Atmospheric Analysis, Volume japan Industrial Standard Handbook. 1995. Japanese Standards Association Japan Industrial Standard Handbook, 2002. Japan Standard Association
- KLHK telah menerbitkan regulasi terbaru tentang Indeks Standar Pencemar Udara ISPU yaitu Peraturan Menteri LHK nomor /SETJEN/ ini menggantikan peraturan sebelumnya yang telah berumur lama yaitu sejak tahun 1997 tentang hal yang peraturan Menteri LHK di atas, disebutkan Indeks Standar Pencemar Udara yang disingkat ISPU adalah angka yang tidak mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi mutu udara ambien di lokasi ISPU ini didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan makhluk hidup lainnya. Pencemaran udara yang menyebabkan kualitas udara memburuk sendiri menurut PP nomor 41 tahun 1999 adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi ambien sendiri adalah udara bebas dekat permukaan bumi pada lapisan troposfir yang dibutuhkan serta memengaruhi kesehatan manusia, mahluk hidup juga unsur lingkungan hidup dan lapisan atmosfer bumi kitaAdapun baku mutu udara ambien adalah ukuran batas keberadaan zat, energi, dan/atau komponen yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang keberadaannya dalam udara ambien masih dapat ISPUHal baru dalam Peraturan Menteri LHK tentang Indeks Standar Pencemar Udara ISPU ini adalah masuknya Partikulat Matter PM dan hidrokarbon HC sebagai salah satu polusi partikulat Particulate Matter - PM - penyebab menurunnya kualitas udaraDengan demikian parameter ISPU saat ini terdiri dari tujuh parameter meliputipartikulat PM10partikulat monoksida CO;nitrogen dioksida NO2;sulfur dioksida SO2;ozon O3; danhidrokarbon HCKategori ISPUIndeks Standar Pencemar Udara ISPU dibagi menjadi lima kategori dari baik hingga berbahaya berdasarkan nilai rentang dan pewarnaan ISPU sebagaimana terlihat pada tabel 1. Kategori ISPU, status warna dan nilai rentangnyaPenjelasan Nilai ISPUISPU kategori BaikTingkat kualitas udara yang sangat baik, tidak memberikan efek negatif terhadap manusia, hewan, yang harus dilakukan? Sangat baik melakukan kegiatan di luar kategori SedangTingkat kualitas udara masih dapat diterima pada kesehatan manusia, hewan dan kondisi ini setiap orang masih dapat beraktivitas di luar. Adapun kelompok sensitif agar mengurangi aktivitas fisik yang terlalu lama atau kategori Tidak SehatTingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia, hewan dan sensitif masih boleh melakukan aktivitas di luar, tetapi mengambil rehat lebih sering dan melakukan aktivitas ringan. Amati gejala berupa batuk atau nafas kategori Sangat Tidak SehatTingkat kualitas udara yang dapat meningkatkan resiko kesehatan pada sejumlah segmen populasi sensitifHindari semua aktivitas di luar. Perbanyak aktivitas di dalam ruangan atau lakukanpenjadwalan ulang pada waktu dengan kualitas udara yang orangHindari aktivitas fisik yang terlalu lama di luar ruangan, pertimbangkan untuk melakukan aktivitas didalam kategori BerbahayaTingkat kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan serius pada populasi dan perlu penanganan sensitif agar tetap di dalam ruangan dan hanya melakukan sedikit aktivitas. Setiap orang untuk menghindari semua aktivitas di Nilai Konsentrasi Parameter ISPURincian nilai parameter ISPU, durasi pengamatannya dan konversi terhadap kategari ISPU tersaji pada tabel 2. Konversi Nilai Konsentrasi Parameter ISPUData parameter ISPU merupakan hasil pengukuran selama 24 jam secara terus-menerus. Untuk Hasil perhitungan ISPU parameter partikulat disampaikan tiap jam selama 24 hasil perhitungan ISPU parameter partikulat PM10, sulfur dioksida SO2, karbon monoksida CO,ozon O3, nitrogen dioksida NO2 dan hidrokarbon HC, diambil nilai ISPU parameter keenam parameter tersebut selain paling sedikit disampaikan setiap jam dan jam Perhitungan ISPUMengacu Peraturan Menteri LHK di atas, rumus untuk menghitung Indeks Standar Pencemar Udara ISPU ditetapkan sebagai manaI = ISPU terhitungIa = ISPU batas atasIb = ISPU batas bawahXa = Ambien batas atasXb = Ambien batas bawahXx = Kadar Ambien nyata hasil pengukuranRumus di atas masih tetap sama dengan yang diatur pada peraturan Perhitungan ISPUPerhitungan ISPU parameterMisalnya kita ingin menghitung Indeks Standar Pencemar Udara hanya PM10 saja. Andaikan saja nilai PM10 dalam 24 jam terakhir pada pukul adalahh sebesar 180 ug/ Xx = 180 ug/m³Adapun Ia, Ib, Xa, Xb dapat dilihat pada Tabel 2 di atas pada kolom ISPU dan PM10, sebagaimana tersaji nilai Ia, Ib, Xa dan XbNilai Xx = 180 ug/m³ berada di antara 150 dan Xb = 150 dan Xa = Ib = 100 karena merupakan ISPU batas bawahnya dan Ia = 200 sebagai ISPU batas atas. Maka perhitungan menjadiNilai I = 65 berada dalam rentang 50-100, artinya PM10 dengan nilai 180 ug/m³ merupakan ISPU dalam skala ISPUUntuk penetapan ISPU satu lokasi dilakukan dengan mengambil kategori ISPU dari salah satu parameter yang paling hasil perhitungan ISPU masing-masing parameter sebagai berikutpartikulat PM10 BAIKpartikulat TIDAK SEHATkarbon monoksida CO; SEDANGMaka ISPU pada lokasi tersebut dinyatakan dalam kategori TIDAK SEHAT, karena memberikan hasil kategori terburuk yaitu berada pada tingkat tidak ulasan tentang regulasi terbaru guna penetapan ISPU dalam menilai kategori kualitas udara kita.
Dipublish tanggal Sep 20, 2019 Update terakhir Okt 12, 2020 Waktu baca 5 menit Berdasarkan pengukuran kualitas udara yang dilakukan BMKG, Indeks Standar Pencemaran Udara ISPU di sejumlah wilayah di Indonesia memasuki kriteria sangat tidak sehat bahkan berbahaya. Per tanggal 19 September 2019 kemarin, akibat pengaruh kabut asap kebakaran hutan membuat udara Kota Pekanbaru tergolong sangat tidak sehat, bahkan di Kota Palangka Raya mencapai status berbahaya. Setelah maraknya isu polusi di Jakarta yang berpedoman pada angka AQI dan Anda mungkin baru mendengar soal Indeks Standar Pencemaran Udara ISPU. Simak informasi lengkapnya berikut ini. Baca Selengkapnya Polusi Udara Jakarta Makin Parah, Berapa Angka AQI dan yang Aman? Apa itu Indeks Standar Pencemar Udara ISPU? Indeks Standar Pencemar Udara atau ISPU adalah angka yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di suatu lokasi. Indeks ini ditentukan berdasarkan 5 parameter utama, yaitu Partikulat PM10 diukur dalam waktu 24 jam Sulfur dioksida SO2 diukur dalam waktu 24 jam Karbon monoksida CO diukur dalam waktu 8 jam Ozon O3 diukur setiap jam Nitrogen dioksida NO2 diukur setiap jam Setiap parameter tersebut diukur dan diambil rata-ratanya. Setelah itu, hasil pengukuran akhir ISPU dilaporkan kepada masyarakat setiap 24 jam, mulai pukul WIB sampai WIB keesokan harinya. Semakin besar angka ISPU, maka tingkat polusi dan pencemaran udaranya juga semakin parah. Cara membaca polusi udara dengan ISPU ISPU terbagi menjadi kategori-kategori tertentu yang ditentukan berdasarkan dampaknya pada kesehatan manusia, nilai estetika, dan makhluk hidup lainnya. Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, berikut kategori Indeks Standar Pencemar Udara ISPU, yaitu Baik 1-50 hijau Tingkat kualitas udara cenderung aman, dalam artian tidak memberikan efek buruk bagi kesehatan manusia, hewan, maupun tumbuhan. Kondisi udara juga tidak mengganggu nilai estetika lingkungan dan bangunan. Sedang 51-100 biru Tingkat kualitas udara cukup aman bagi kesehatan manusia atau hewan, tapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif. Kondisi udara juga mulai mengganggu nilai estetika lingkungan. Tidak sehat 101-199 kuning Kualitas udara mulai memburuk dan tidak sehat bagi manusia maupun hewan yang sensitif. Kondisi ini bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan dan nilai estetika lingkungan. Sangat tidak sehat 200-299 merah Tingkat kualitas udara dapat merugikan kesehatan seluruh masyarakat. Kondisi udara sudah sangat tidak layak, sehingga sebaiknya tetaplah berada di dalam rumah untuk menghindari paparan polusi. Berbahaya 300 ke atas hitam Udara mengandung partikel berbahaya yang dapat memicu masalah serius pada tubuh. Bila tidak segera diatasi, bisa mengancam kesehatan dalam jangka pendek hingga jangka panjang. Pengaruh ISPU untuk setiap parameter pencemar Setiap parameter yang digunakan untuk mengukur pencemaran udara memiliki efek tersendiri pada kesehatan. Ambil contoh pada PM10, yaitu partikel udara yang ukurannya 10 mikron mikrometer yang umumnya berasal dari debu, diesel truk, pembangkit listrik, hingga tungku kayu. Semakin banyak partikel PM10 yang terhirup, tubuh lama-kelamaan akan mengalami gejala berupa Iritasi mata, hidung, dan tenggorokan Batuk dan sesak napas Detak jantung tidak teratur Serangan asma Penurunan fungsi paru-paru Serangan jantung Kematian dini, terutama bagi penderita penyakit jantung atau paru-paru Begitu juga dengan karbon monoksida CO, sulfur dioksida SO2, nitrogen dioksida NO2, dan ozon O3. Gabungan dari zat-zat polutan inilah yang dapat menurunkan kesehatan tubuh. Tidak hanya soal aman atau tidaknya udara, Anda juga perlu memahami bahwa setiap parameter pencemar dalam kategori ISPU punya pengaruhnya masing-masing pada kesehatan. Berikut selengkapnya Pengaruh ISPU baik pada kesehatan Kondisi udara masih cukup bersih dan aman bagi kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan. Karbon monoksida CO Tidak ada efek bagi kesehatan. Nitrogen dioksida NO2 Sedikit berbau. Ozon O3 Dapat menimbulkan luka pada beberapa tumbuhan akibat kombinasi dengan sulfur dioksida selama 4 jam. Sulfur dioksida SO2 Dapat menimbulkan luka pada beberapa tumbuhan akibat kombinasi dengan ozon selama 4 jam. PM10 Tidak efek. Dengan kategori ISPU yang baik, masyarakat bisa bebas beraktivitas, termasuk anak-anak, ibu hamil, lansia, maupun orang-orang dengan penyakit tertentu. Pengaruh ISPU sedang pada kesehatan Kualitas udara cukup baik untuk manusia dan hewan, tapi bisa memberikan sedikit efek buruk pada tumbuhan yang sensitif. Karbon monoksida CO Memicu perubahan kimia darah, tapi tidak terdeteksi. Nitrogen dioksida NO2 Berbau. Ozon O3 Menyebabkan luka pada beberapa spesies tumbuhan. Sulfur dioksida SO2 Menyebabkan luka pada beberapa spesies tumbuhan. PM10 Menyebabkan udara kotor dan menurunkan jarak pandang. Meski sudah masuk ke kategori ISPU sedang, masyarakat masih bisa beraktivitas dengan bebas seperti biasanya, termasuk kelompok rentan seperti lansia, ibu hamil, dan anak-anak. Pengaruh ISPU tidak sehat pada kesehatan Kualitas udara memburuk dan mulai tidak sehat bagi manusia maupun hewan yang sensitif, bahkan dapat merusak tumbuhan. Karbon monoksida CO Meningkatkan gejala kardiovaskular pada perokok yang sakit jantung. Nitrogen dioksida NO2 Bau dan kehilangan warna. Terjadi peningkatkan reaktivitas pembuluh di tenggorokan pada penderita asma. Ozon O3 Menurunkan kesehatan atlet yang sedang berlatih keras. Sulfur dioksida SO2 Bau, meningkatkan kerusakan tanaman. PM10 Udara berubah jadi kotor dan penuh debu, jarak pandang kian menurun. Sebaiknya kurangi aktivitas atau olahraga di luar rumah, terutama bagi lansia, ibu hamil, dan anak-anak. Bila terpaksa harus ke luar rumah, selalu gunakan masker untuk menghindari paparan polusi. Sementara bagi Anda yang punya riwayat gangguan paru-paru, penyakit jantung, atau penyakit kronis lainnya, sebaiknya hindari beraktivitas di luar rumah. Baca Selengkapnya Lagi Ngetren Masker Elektrik, Bisakah Lindungi Tubuh dari Polusi? Pengaruh ISPU sangat tidak sehat pada kesehatan Kualitas udara sudah sangat tidak layak dan mengganggu kesehatan seluruh makhluk hidup. Karbon monoksida CO Meningkatkan gejala kardiovaskular pada non-perokok yang sakit jantung. Tampak beberapa tanda-tanda kelemahan yang bisa dilihat dengan jelas. Nitrogen dioksida NO2 Meningkatkan sensitivitas pada penderita asma dan bronkitis. Ozon O3 Menyebabkan gangguan pernapasan pada pasien dengan paru-paru kronis yang melakukan olahraga ringan. Sulfur dioksida SO2 Meningkatkan sensitivitas pada penderita asma dan bronkitis. PM10 Meningkatkan sensitivitas pada penderita asma dan bronkitis. Sebaiknya hindari beraktivitas di luar rumah agar tidak terpapar bahaya polusi udara. Pengaruh ISPU berbahaya pada kesehatan Bila Indeks Standar Pencemar Udara sudah mencapai kategori berbahaya, artinya udara sudah sangat tidak sehat dan bisa memicu masalah serius pada tubuh. Hal ini bisa mengancam kesehatan secara menyeluruh untuk semua populasi yang terpapar. Sebaiknya tetaplah berada di dalam rumah, terutama untuk anak-anak, ibu hamil, lansia, dan orang-orang yang punya riwayat gangguan pernapasan atau sakit jantung. Bagi Anda yang sedang berada di daerah yang penuh polusi atau kabut asap, sebaiknya pantau terus Indeks Standar Pencemar Udara ISPU secara berkala. Selalu ikuti arahan petugas berwenang setempat agar tetap aman dan sehat. Baca Juga 5 Kiat Jaga Tubuh Tetap Fit Saat Dikepung Kabut Asap 12 Referensi Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini. Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya. Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat
Bukit Kototabang, West Sumatera is one of the 34 global global Global scale monitoring stations in the world. Bukit Kototabang GAW Station is an implementation of the Global Atmosphere Watch GAW program initiated by the World Meteorological Organization WMO as an effort to monitor global atmospheric conditions. The Global Atmospheric Watch GAW Stations have duty to obtain atmospheric data and air quality data in remote area or relatively clean areas and far away from anthropogenic activity. Measurements of air quality parameters CO, NO2, SO2, O3 and PM10 are continuously conducted at Bukit Kototabang. The monitoring data at Bukit Kototabang GAW Station in 2012 which is converted to Indonesian Air Pollution Standard Index shows the air quality is still good, shown by 353 days classified as clean index = 0-50, 10 days is moderate index = 51-100, and 1 day is very unhealthy index = 200-299. That means 3% of daily air quality in Bukit Kototabang in 2012 is not - available via license CC BYContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 1VOLUME 7 No. 1, 22 Desember 2017 Halaman 1-82PENGUKURAN PARAMETER KUALITAS UDARACO, NO2, SO2, O3 DAN PM10 DI BUKIT KOTOTABANG BERBASIS ISPUAgusta Kurniawan Stasiun Klimatologi Mlati, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geoī agusta6872 ABSTRACT Bukit Kototabang, West Sumatera is one of the 34 global global Global scale monitoring stations in the world. Bukit Kototabang GAW Station is an implementation of the Global Atmosphere Watch GAW program initiated by the World Meteorological Organization WMO as an effort to monitor global atmospheric conditions. The Global Atmospheric Watch GAW Stations have duty to obtain atmospheric data and air quality data in remote area or relatively clean areas and far away from anthropogenic activity. Measurements of air quality parameters CO, NO2, SO2, O3 and PM10 are continuously conducted at Bukit Kototabang. The monitoring data at Bukit Kototabang GAW Station in 2012 which is converted to Indonesian Air Pollution Standard Index shows the air quality is still good, shown by 353 days classiīed as clean index = 0-50, 10 days is moderate index = 51-100, and 1 day is very unhealthy index = 200-299. That means 3% of daily air quality in Bukit Kototabang in 2012 is not Air Quality; Bukit Kototabang; GAW; Indonesian Air Pollution Standard Index; WMO. ABSTRAKBukit Kototabang, Sumatera Barat merupakan salah satu lokasi dari 34 Stasiun Pemantau Atmosfer Global sejenis berskala global yang ada di dunia. Stasiun Pemantau Atmosfer Global SPAG Bukit Kototabang merupakan implementasi dari program Global Atmosphere Watch GAW yang dicetuskan oleh World Meteorological Organization WMO sebagai upaya untuk melakukan monitoring terhadap kondisi atmosfer secara global. SPAG bertugas untuk memperoleh data atmosferik dan kualitas udara di daerah dengan tipe remote atau daerah dengan kondisi udara yang relatif bersih dan jauh dari aktivitas antropogenik. Pengukuran parameter kualitas udara CO, NO2, SO2, O3 dan PM10 secara terus menerus dilakukan di Bukit Kototabang. Data monitoring di SPAG Bukit Kototabang tahun 2012 yang dikonversi menjadi Indeks Standar Pencemaran UdaraISPU menunjukkan kualitas udara masih baik, ditunjukkan dengan 353 hari tergolong bersih indeks = 0-50 , 10 hari tergolong sedang indeks =51-100, dan 1 hari tergolong sangat tidak sehat indeks = 200-299.Itu berarti 3% kualitas udara harian di Bukit Kototabang tahun 2012 tergolong tidak Bukit Kototabang; GAW; ISPU; WMO; Kualitas 2089-6131 printISSN 2443-1311 OnlineDOI 2 VOL 7, DESEMBER 2017; 1-13PENGANTAR Bukit Kototabang GAW Station Bukit Kototabang GAW Station atau dalam bahasa Indonesia disebut Stasiun Pemantau Atmosfer Global merupakan satu-satunya Stasiun Pemantau Atmosfer Global di Indonesia skala global dan merupakan satu dari 34 Stasiun Pemantau Atmosfer Global sejenis yang ada di dunia. Stasiun Pemantau Atmosfer Global SPAG Bukit Kototabang merupakan salah satu stasiun pengamatan referensi udara bersih. Stasiun ini merupakan implementasi dari program Global Atmosphere Watch GAW yang dicetuskan oleh World Meteorological Organization WMO sebagai upaya untuk melakukan monitoring terhadap kondisi atmosfer secara global. Sampai saat ini 17 April 2012, ada 34 stasiun berskala global yang ada di dunia yang bertugas untuk memperoleh data atmosferik dan kualitas udara di daerah dengan tipe remote atau daerah dengan kondisi udara yang relatif bersih dan jauh dari aktivitas antropogenik. Gambar 1. Lokasi Stasiun Pemantau Atmosfer Global berskala global di dunia Bukit Kototabang terletak dekat dengan garis katulistiwa ekuator, berada di Pulau Sumatera, Propinsi Sumatera Barat. sumber kawasan Asia, SPAG Bukit Koto-tabang merupakan satu dari empat stasiun GAW selain Minamitorishima Jepang, Mount Waliguan China, dan Danum Valley Malaysia. Posisi astronomis dan geografis Indonesia memberikan fenomena tersendiri dalam bidang sains atmosfer. Kenyataan bahwa Indonesia merupakan negara maritim yang terletak di daerah tropis dengan keberagaman topografi dan sumberdaya alamnya telah sejak lama menjadi perhatian para peneliti di bidang sains atmosfer. Oleh karena itu, ketika Organisasi Meteorologi Dunia WMO bermaksud untuk memperluas jaringan pemantau atmosfernya, maka Indonesia dijadikan sebagai salah satu kandidat utamanya. Wilayah Indonesia yang terbagi dalam 5 lima pulau utama, yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian dengan perbedaan topografi mengisyaratkan suatu pemilihan yang selektif untuk dapat merepresentasikan Indonesia sebagai titik acuan bagi pengukuran di wilayah tropis berbasis maritim. Dari kelima pulau tersebut, Pulau Sumatera dipilih karena keragaman topografi dan letaknya yang berhadapan dengan Samudera Hindia, yang telah lama menjadi salah satu perhatian kalangan meteorologis dan peneliti sains atmosfer. Selain itu, belum banyaknya titik yang berada di dekat Samudera Hindia menjadi pertimbangan khusus mengapa wilayah Sumatera dipilih. Bukit Kototabang berada di Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Secara astronomis, stasiun ini berada di 0,20°LS dan 100,32°BT. Letak astronomisnya yang sangat unik karena berada dekat dengan garis ekuator membuat 3AgustA KurniAwAn ļ
PENGUKURAN PARAMETER KUALITAS UDARACO, NO2, SO2, O3 DAN PM10 DI BUKIT KOTOTABANG BERBASIS ISPUstasiun ini menjadi sangat penting untuk pengamatan kondisi atmosferik di daerah sekitar ekuator. Letak geografis dari stasiun ini juga tak kalah unik karena di bagian barat merupakan daerah pesisir yang berhadapan dengan Samudera Hindia yang luas, sementara di bagian timur merupakan wilayah dataran tinggi yang didominasi oleh Bukit Lingkungan Bukit Kototabang GAW StationFoto merupakan dokumentasi pribadi penulis, diambil tahun 2009. Bukit Kototabang dipilih sebagai tempat untuk mengukur referensi udara bersih karena bukit ini berada jauh dari sumber-sumber pencemaran udara antropogenik seperti industri, jalan raya dan pemukiman. Jalan raya dan pemukiman yang merupakan salah satu sumber pencemaran udara antropogenik berada di kaki bukit dengan jarak sekitar 3 tiga kilometer dari Bukit Kototabang, sehingga tempat ini diharapkan ideal untuk mengukur referensi udara Mutu Udara dan ISPU Indeks Standar Pencemaran UdaraKualitas udara pada umumnya dinilai dari konsentrasi parameter pencemaran udara yang terukur lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai Baku Mutu Udara Ambien Nasional. Baku mutu udara adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemaran udara yang dapat ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfer lapisan udara setebal 16 km dari permukaan bumi yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, mahluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya. Baku mutu udara ambien nasional ditetapkan sebagai batas maksimum mutu udara ambien untuk mencegah terjadinya pencemaran udara sebagaimana terlampir dalam PP No 41 Tahun 1999. Pemerintah menetapkan Baku Mutu Udara Ambien Nasional untuk melindungi kesehatan dan kenyamanan masyarakat. Baku Mutu Udara Ambien Nasional dilihat pada Tabel 1. Baku mutu udara ambien nasional menurut PP No 41 tahun 1999No. Parameter Waktu Baku Mutu1 Aerosol PM10 24 jam 150 μg/m32 Karbonmonoksida CO1 jam 30000 μg/m324 jam 10000 μg/m33 Ozon O3 1 jam 235 μg/m31 tahun 50 μg/m34 Sulfurdioksida SO224 jam 365 μg/m31 tahun 80 μg/m35 Nitrogendioksida NO21 jam μg/m31 tahun 100 μg/m3ISPU didefinisikan sebagai angka yang tidak mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi mutu udara ambien di lokasi tertentu, yang didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan mahluk hidup lainnya. Meskipun nilai ISPU lebih tepat digunakan untuk daerah urban, pada prinsipnya nilai ini dapat diterapkan ke semua tipe wilayah. Parameter-parameter yang digunakan dalam penentuan nilai ISPU dituangkan lebih detil lagi dalam Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 107 Tahun 1997 tentang Perhitungan dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemaran Udara Tabel 2. 4 VOL 7, DESEMBER 2017; 1-13Tabel 2. Parameter dasar untuk pengukuran ISPU dan periode waktu pengukurannya sesuai dengan lampiran Keputusan Kepala Bapedal No. 107 Tahun 1997No. ParameterWaktu Pengukuran rata-rata1 Partikulat PM10 24 jam2 Sulfurdioksida SO2 24 jam3 Karbonmonoksida CO 8 jam4 Ozon O3 1 jam5 Nitrogendioksida NO2 1 jamHasil perhitungan nilai ISPU digunakan untuk melakukan kategorisasi kondisi kualitas udara di suatu tempat. Kualifikasi tersebut didasarkan pada nilai ISPU dari parameter pencemar utama. Kualifikasi kondisi kualitas udara tersebut dirangkum dalam Tabel 3 3. Kategori kualitas udara berdasarkan nilai ISPU sesuai dengan lampiran Keputusan Kepala Bapedal No. 107 Tahun 1997No. Nilai ISPU Kategori1 0-50 Baik2 51-100 Sedang3 101-199 Tidak Sehat4 200-299 Sangat Tidak Sehat5 > 300 BerbahayaPengaruh parameter kualitas udara CO, NO2, SO2, O3 dan PM10 berbasis nilai ISPU terhadap kesehatan manusia dan makhluk konsentrasi gas karbon monok-sida CO terhadap kesehatan manusia dan makhluk hidup, sebagai berikut Indeks ISPU berkategori baik 0-50, tidak menimbulkan efek apapun bagi manusia dan makhluk hidup. Nilai ISPU pada kisaran 51-100 ber-kategori sedang, paparan gas CO mulai me-nim bulkan perubahan kimia darah, tetapi walaupun tak terdeteksi. Pada kisaran 101-199 berkategori tidak sehat paparan gas CO mulai meningkatkan kardiovaskular pada perokok yang sakit jantung. Sedangkan pada kisaran 200-299 berkategori sangat tidak sehat, paparan gas CO akan meningkatkan kardiovaskular pada orang bukan perokok yang berpenyakit jantung, dan akan tampak beberapa kelemahan yang terlihat secara nyata. Pada nilai ISPU di atas 300, atau masuk kategori berbahaya, paparan gas CO berbahaya bagi semua konsentrasi gas Nitrogendi-ok sida NO2 terhadap kesehatan manusia dan makhluk hidup, sebagai berikut Indeks ISPU berkategori baik 0-50, paparan gas NO2 menimbulkan sedikit bau tertentu. Nilai ISPU yang lebih tinggi pada kisaran 51-100 berkategori sedang, paparan gas NO2 menimbulkan bau tertentu. Pada kisaran lebih tinggi lagi pada indeks ISPU 101-199 berkategori tidak sehat paparan gas NO2 mulai meningkatkan bau lebih tajam dan mulai kehilangan warna gas, memberikan efek peningkatan reaktivitas pembuluh tenggorokan pada penderita asma. Sedangkan pada kisaran 200-299 berkategori sangat tidak sehat, gas NO2 akan meningkatkan sensitivitas pasien yang berpenyakit asma dan bronkhitis. Pada nilai ISPU di atas 300, atau masuk kategori berbahaya, paparan gas NO2 berbahaya bagi semua konsentrasi gas Ozon Per-mukaan O3 terhadap kesehatan manusia dan makhluk hidup, sebagai berikut Indeks ISPU berkategori baik 0-50, paparan gas O3 dan kombinasi dengan SO2 selama 4 empat jam berturut-turut mengakibatkan luka pada beberapa spesies tumbuhan. Nilai ISPU yang lebih tinggi pada kisaran 51-100 berkategori sedang, paparan gas O3 pada jangka waktu yang lebih pendek dapat menimbulkan luka pada beberapa spesies tumbuhan. Pada kisaran indeks ISPU 101-199 berkategori tidak sehat, paparan gas O3 mulai mengakibatkan penurunan kemampuan pada atlit yang berlatih keras. Sedangkan berkategori sangat tidak sehat pada kisaran 200-299, gas O3 akan mengakibatkan pengaruh pernapasan pada pasien yang berpenyakit paru-paru kronis saat melakukan olah raga ringan. Pada nilai ISPU diatas 300, atau masuk kategori berbahaya, paparan gas O3 berbahaya bagi semua konsentrasi gas Sulfurdi oksida SO2 terhadap kesehatan manusia dan makhluk 5AgustA KurniAwAn ļ
PENGUKURAN PARAMETER KUALITAS UDARACO, NO2, SO2, O3 DAN PM10 DI BUKIT KOTOTABANG BERBASIS ISPUhidup, sebagai berikut Indeks ISPU berkategori baik 0-50, paparan gas SO2 dan kombinasi dengan O3 selama 4 empat jam berturut-turut mengakibatkan luka pada beberapa spesies tumbuhan. Nilai ISPU yang lebih tinggi pada kisaran 51-100 berkategori sedang, paparan gas SO2 pada jangka waktu yang lebih pendek dapat menimbulkan luka pada beberapa spesies tumbuhan. Pada kisaran indeks ISPU 101-199 berkategori tidak sehat, paparan gas SO2 mulai menimbulkan bau dan meningkatnya keracunan pada tanaman. Sedangkan berkategori sangat tidak sehat pada kisaran 200-299, gas SO2 akan mengakibatkan peningkatan sensitivitas pasien yang berpenyakit asma dan bronkhitis. Pada nilai ISPU diatas 300, atau masuk kategori berbahaya, paparan gas O3 berbahaya bagi semua Partikulat PM10 terhadap kesehatan manusia dan makhluk hidup, yaitu tidak ada efek apapun bila kategori ISPU berkategori baik 0-50. Pada kisaran nilai 51-100 berkategori sedang, partikulat berakibat mulai penurunan pada jarak pandang. Pada kisaran indeks ISPU 101-199 berkategori tidak sehat, partikulat menyebabkan jarak pandang turun secara signifikan, dan terjadi pengotoran debu di mana-mana. Sedangkan berkategori sangat tidak sehat pada kisaran 200-299, partikulat meningkatnya sensitivitas pasien yang berpenyakit asma dan bronkhitis. Pada nilai ISPU di atas 300, atau masuk kategori berbahaya, paparan partikulat PM10 berbahaya bagi semua Mengenai Kualitas Udara Banyak negara di dunia termasuk Indonesia melalukan penelitian mengenai kualitas udara, antara lain Monitoring kualitas udara dilakukan di lingkungan perkotaan urban environmental di kota Catania, Italia pada tahun 2012-2013 Famoso dkk, 2015. Lima stasiun yang digunakan adalah Viale Veneto mewakili heavy traffic, Piazza A. Moro mewakili medium traffic, Librino mewakili light traffic, Parco Gioeni mewakili urban-background, Zona Industriale mewakili industrial zone. Ambang batas yang digunakan adalah European Air Quality Directive 50/2008. Nilai ambang batas masing-masing parameter sebagai berikut NO2 dan NOx sebesar 200 µg/m3 rata-rata 1 jam, sebesar 40 µg/m3 rata-rata 1 tahun O3 sebesar 120 µg/m3 8 jam/hari, sebesar 180 µg/m3 1 jamSO2 sebesar 350 µg/m3 1 jam, sebesar 125 µg/m3 1 hariC6H6 sebesar 5 µg/m3 rata-rata 1 tahunPM10 sebesar 50 µg/m3 rata-rata 1 hari, sebesar 40 µg/m3 rata-rata 1 hari.Hasil penelitian menunjukkan bahwa stasiun Viale Veneto yang mewakili heavy traffic, memiliki konsentrasi tahunan NO2 melebihi ambang batas 40 µg/m3 rata-rata 1 tahun dan konsentrasi O3 8 jam/hari melebihi ambang batas 120 µg/m3 8 jam/hari. Lalu lintas mobil dengan bahan bakar diesel dianggap penyebab hal itu Famoso et al., 2015.Penelitian serupa mengenai monitoring kualitas udara di daerah perkotaan juga dilakukan di kota Florence Italia, bedanya pada penelitian ini hanya mengukur tiga parameter CO, CO2 dan NO2 menggunakan unit monitoring kualitas udara berbiaya rendah teknologi Arduino dengan sensor resolution tinggi dilengkapi monitoring pengukur kepadatan lalulintas jalan sensor kamera dan video analisis untuk menghitung jumlah kendaraan, kecepatan, dan kategori kepadatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi CO2 dan NO2 lebih tinggi di bulan-bulan musim dingin daripada bulan-bulan musim panas disebabkan ada tambahan emisi dari pemanas pada bulan-bulan di musim dingin Gualtieri et al., 2017.Kota lain yang melakukan monitoring kualitas udara di Italia juga dilakukan di Roma Batista G.,2017. Penelitian ini juga menggunakan ambang batas European Air Quality Directive 50/2008, parameter kualitas udara yang diteliti juga sama Famoso et al., 2015, ada enam parameter NO2 dan NOx, O3, SO2, C6H6, CO dan PM10. Hasil penelitian yang sama dengan Gualtieri et al., 2017, di musim dingin konsentrasi polutan lebih tinggi karena selain kontribusi dari lalulintas kendaraan dan ada tambahan emisi dari penggunaan pemanas. 6 VOL 7, DESEMBER 2017; 1-13Penelitian mengenai hubungan curah hujan, lalu lintas kendaraan dengan konsentrasi polusi udara dilakukan di Seoul, Korea menggunakan path analysis Kwak, H. Y. et all., 2017. Polusi udara yang diteliti ada lima parameter PM10, NO2, SO2, O3 dan CO. Hasil penelitian menunjukkan curah hujan secara langsung memberikan efek pencucian sehingga menurunkan konsentrasi polutan, tetapi curah hujan juga memberikan efek tidak langsung saat hujan lebat pandangan pengemudi berkurang, menyebabkan kendaraan berjalan lambat dan berakibat konsentrasi polutan semakin tinggi Kwak, H. Y. dkk., 2017. Penelitian mengenai kualitas udara tidak hanya terkait dengan lalulintas saja, penelitian mengenai kualitas udara saat terjadinya kabut asap di Malaysia tahun 2013, akibat kebakaran hutan di Sumatra, Indonesia Show, D. L and Chang, S. C.,2016. Penilaian kualitas udara berdasarkan konsentrasi PM10 harian yang diukur di Petaling Jaya menggunakan instrumen BAM1020. Titik panas akibat kebakaran hutan diamati dengan citra MODIS dari Satelit Terra dan Aqua. Nilai Konsentrasi PM10 tertinggi tercapai pada 23 Juni 2013 sebesar 290 mikrogram/m3, didukung dengan jumlah titik panas terbanyak yaitu 19 Juni 2013, disusul 21 Juni 2013 dan ketiga 23 Juni 2013. Peta vektor angin memperlihatkan lintasan polutan dari Indonesia ke Semenanjung Malaysia pada musim kemarau bulan Juni 2013 Show, D. L and Chang, S. C.,2016. Selain itu ada juga penelitian mengenai efek polusi udara terhadap kesehatan, khususnya penyakit asma dilakukan di kota Izmir, Turki pada tahun 2007-2010. Parameter polusi udara yang digunakan adalah SO2 dan PM10. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi SO2 dan PM10 yang tinggi menyebabkan penyakit asmaOzcan, N. S. and Cubukcu, K. M., 2015.Keterbatasan penelitian/monitoring kualitas udara di daerah remote/terpencil mendorong penulis untuk melihat kualitas udara di Bukit Kototabang sebagai salah satu stasiun referensi udara bersih background monitoring di Indonesia berdasarkan kategori ISPU, serta menilai kelayakan Bukit kototabang GAW Station sebagai remote monitoring ataukah perlu dinaikkan menjadi urban atau sub-urban monitoring berdasarkan data kualitas udara tahun saat penentuan kategori kualitas udara dari lima parameter pengukuran CO, NO2, SO2, O3 dan PM10, maka kategori kualitas udara lokasi tersebut ditentukan dari kategori nilai ISPU yang terburuk pada saat yang sama. Metode Pengukuran parameter kualitas udara di Bukit kototabang GAW Station menggunakan metode monitoring. Metode monitoring disini artinya pengukuran konsentrasi CO, NO2, SO2, O3 dan PM10 secara terus-menerus 24 jam tanpa henti. Periode pengukuran kualitas udara yang digunakan pada tulisan ini terbatas hanya pada tahun 2012, berkaitan dengan ketersediaan data semua parameter. Untuk menjamin kualitas data pengukuran secara berkala 2-4 tahun sekali, Bukit kototabang GAW Station diaudit oleh badan dunia yang mengurusi cuaca WMO=World Meteorology Organization, yang hasilnya tertuang dalam GAW Parameter Meteorologi Permukaan Tekanan Udara dan Temperatur UdaraParameter meteorologi permukaan seperti radiasi matahari global, curah hujan, kelembaban relatif udara, temperatur udara permukaan, tekanan udara, kecepatan angin, dan arah angin diukur dengan menggunakan instrumen Meteorological Automatic Weather Station MAWS-Vaisala. MAWS merupakan stasiun cuaca mini dan dipasang dengan menggunakan tripod portable. Instrumen ini terdiri dari beberapa sensor yang dapat digunakan untuk mengukur parameter meteorologi terdiri dari sensor angin seri QMW 101, sensor radiasi matahari QMS 101, sensor temperatur dan kelembaban QMH 101, sensor presipitasi QMR 101, sensor tekanan PMT 16A, sebuah logger QML 102, baterai internal rechargable QMB 102, dan panel surya untuk mengisi baterai internal. Resolusi data pengamatannya adalah 1 satu menitan. Komponen parameter meteorologi permukaan yang digunakan pada 7AgustA KurniAwAn ļ
PENGUKURAN PARAMETER KUALITAS UDARACO, NO2, SO2, O3 DAN PM10 DI BUKIT KOTOTABANG BERBASIS ISPUtulisan ini adalah temperatur udara dan tekanan udara, dari data mentah 1 satu menitan diolah menjadi rata-rata perjam kemudian dioleh kembali menjadi rata-rata parameter gas CO, NO2, SO2, dan O3Pengukuran Ozon permukaan O3 Pengukuran ozon permukaan O3 dilakukan dengan menggunakan instrumen TEI Tipe 49C Ozone Analyzer. Detail mengenai metode pengukuran dan hasil pengukuran beserta koreksinya ini dapat dilihat pada publikasi lain Klausen et al., 2003; Mairisdawenti, 2014. Resolusi data dibuat menjadi agregat per-jam untuk selanjutnya diproses sesuai dengan keperluan perhitungan nilai ISPU, keluaran data konsentrasi O3 memiliki satuan parts per-billion ppb.Pengukuran Karbonmonoksida COPengukuran karbonmonoksida diper-oleh dari instrumen HORIBA APMA360 CO Analyzer. Instrumen ini beroperasi meng-guna kan metode Non-Dispersive Infra Red NDIR Spectroscopy. Konsentrasi CO dihitung berdasarkan kompensasi pengurangan intensitas cahaya berdasarkan prinsip Beer-Lambert. Detail mengenai metode pengukuran dapat dilihat pada publikasi lain Henne dkk., 2008. Resolusi data yang dihasilkan kemudian diolah menjadi agregat per-jam untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan keperluan perhitungan nilai ISPU. Keluaran data konsentrasi CO memiliki satuan Sulfurdioksida SO2Pengukuran gas SO2 dengan metode UV Fluoresense menggunakan instrumen TS43i. Instrumen mencatat konsentrasi gas SO2 dengan resolusi waktu setiap beberapa puluh detik namun dicatat sebagai rawdata dengan rata-rata 5 menit. Inlet berada kurang lebih 3-4 meter dari permukaan tanah. Inlet udara menggunakan bahan dari polietilen dengan pertimbangan bersifat inert atau tidak bereaksi dengan sampel yang dianalisa. Untuk menghilangkan partikel/debu pada sistem inlet dipasangkan filter inlet, dan untuk menghilangkan uap air dari udara ambien dipasang pengering berupa rubin gel. Prinsip kerja instrumen yang menggunakan metode UV Fluoresense adalah udara yang mengandung gas SO2 ditarik menggunakan pompa kemudian dibawa ke dalam ruangan pengukuran. Sumber cahaya digunakan sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 320-380 nm. Saat di dalam ruangan pengukuran sampel gas SO2 akan dikenai dengan sinar ultraviolet tersebut. Selanjutnya SO2 akan mengalami eksitasi. Saat SO2 yang tereksitasi kembali keadaan dasar ground state akan memancarkan sinar, proses memancarkan sinar ini disebut dengan fluoresense. Besarnya fluoresense akan diukur dengan bagian instrumen disebut photomultiplyer Speidela, 2007.. Besarnya konsentrasi gas SO2 sebanding dengan besarnya sinar yang diukur oleh photomultiplyer. Instrumen ini dilengkapi dengan sistem kalibrasi Dynamic Gas Calibrator TS146i dan Zero Air Supply TS111 serta gas standar SO2 untuk menjamin kualitas peralatan dan data yang 3. Proses UV-Fluoresense pada gas SO2 atas, prinsip kerja instrumen dengan metode UV-Fluoresense bawahSumber M. Speidela, R. Naua, F. Arnolda, H. Schlagerb, A. Stohlc.2007. Sulfur dioxide measurements in the lower, middle and upper troposphere Deployment of an aircraft-based chemical ionization mass spectrometer with permanent in-īight calibration, Atmospheric Environment 41 2007 2427ā2437. 8 VOL 7, DESEMBER 2017; 1-13Pengukuran Nitrogendioksida NO2Pengukuran gas NO2 dilakukan instrumen TS42i-Trace Level. Instrumen ini diperuntukkan untuk monitoring gas NO, NO2, NOx di daerah terpencil, sesuai dengan istilah nama Trace Level pada nama instrumen, nilai konsentrasi gas terukur dinyatakan sebagai mixing ratio atau fraksi mol dalam orde ppb part perbillion. Prinsip kerja instrumen ini Chemiluminescent. Data gas NO2 merupakan data dengan resolusi 5 lima menit, kemudian diolah data ini kemudian diolah menjadi agregat harian. Data mentah diambil dari instrumen menggunakan software iport dengan kabel RS232. Instrumen ini dilengkapi dengan sistem kalibrasi Dynamic Gas Calibrator TS146i dan Zero Air Supply TS111 serta gas standar NO2 untuk menjamin kualitas peralatan dan data yang dihasilkan. Pengukuran Parameter Partikulat PM10Pengukuran PM10 diukur dengan meng-gunakan instrumen BAM1020. Instrumen ini bekerja berdasarkan prinsip pelemahan partikel sinar beta yang melalui materi padatan yang dikumpulkan dalam pita filter yang terbuat dari fiber. Materi padatan yang terkumpul dalam filter fiber tidak lain adalah PM10 dalam satu volume udara ambien yang dihisap oleh pompa. Konsentrasi PM10 juga ditentukan dari kompensasi pengurangan intensitas cahaya berdasarkan prinsip Beer-Lambert. Konsentrasi PM10 yang terukur disimpan di dalam data logger dan dapat ditampilkan pada layar monitor PC melalui koneksi serial RS-232. Data konsentrasi PM10 yang dihasilkan memiliki satuan μg/m3 dalam resolusi perjam. Perhitungan nilai ISPU Konsentrasi yang digunakan dalam perhitungan ISPU adalah μg/m3, konsentrasi PM10 sudah dalam satuan μg/m3sedangkan konsentrasi instrument O3, CO, NO2 dan SO2 dalam ppb, sehingga data tersebut harus dikonversi terlebih dahulu ke μg/m3 menggunakan persamaandenganp = tekanan udara PascalMr = massa molekul relatif g/molR = konstanta gas ideal N m mol-1 K-1T = temperatur udara KelvinUntuk persamaan ini, nilai tekanan udara p dan temperatur udara T digunakan pada kondisi STP temperatur udara 25 C=293K dan tekanan udara 1 atm. Koreksi tersebut dihitung dengan persamaan berikut denganX0 = konsentrasi awalX1 = konsentrasi terkoreksiT0 = temperatur udara STP KT1 = temperatur udara rata-rata Kp0 = tekanan udara STP Pap1 = tekanan udara rata-rata PaTabel 4. Batas Atas ISPU Indeks Standar Pencemaran Udara dalam Satuan SI sesuai dengan Lampiran Keputusan Kepala Bapedal No. 107 Tahun 1997ISPU24 Jam PM10 μg/m38 jam SO2μg/m38 Jam COμg/m31 Jam O3 μg/m31 Jam NO2μg/m300 0 0 0 050 50 80 5 120 0100 150 365 10 253 0200 350 800 17 400 1130300 420 1600 34 800 2260400 500 2100 46 1000 3000500 600 2620 1200 3750nilai 0 disisipkan dalam tabel untuk mempermudah pemahaman dalam perhitungan.Periode paparan seperti yang disebutkan dalam Tabel 4 menentukan resolusi data yang digunakan dalam perhitungan. Untuk data O3 dan NO2 yang digunakan dalam perhitungan adalah nilai maksimum dari rata-rata perjam dalam satu hari. Data konsentrasi CO dan SO2 yang digunakan dalam perhitungan dipilih dari nilai maksimum dari rata-rata per 8 delapan 9AgustA KurniAwAn ļ
PENGUKURAN PARAMETER KUALITAS UDARACO, NO2, SO2, O3 DAN PM10 DI BUKIT KOTOTABANG BERBASIS ISPUjam dalam satu hari. Sementara itu, konsentrasi PM10 merupakan data rerata harian digunakan dalam perhitungan. Setelah dari data μg/m3 diubah menjadi nilai indeks ISPU terhitung, dengan caradenganI = ISPU terhitungIa = ISPU batas atasIb = ISPU batas bawahXa = ambien batas atasXb = ambien batas bawahXx = konsentrasi ambien nyata hasil pengukuranHASIL DAN PEMBAHASAN Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data pengukuran di Bukit Kototabang GAW Station periode dari 1 Januari 2012 ā 31 Desember ISPU Karbonmonoksida CO Gambar 4. Nilai ISPU Karbonmonoksida CO pada tahun 2012 di Bukit KototabangSelama tahun 2012, dari pengukuran karbonmonoksida Gambar 4 menunjukkan nilai ISPU berada pada kisaran 0-50, artinya kondisinya udara baik dan tidak menimbulkan efek bagi kesehatan manusia dan makhluk ISPU Nitrogendioksida NO2Gambar 5. Nilai ISPU Nitrogendioksida NO2 pada tahun 2012 di Bukit Kototabang 10 VOL 7, DESEMBER 2017; 1-13Serupa dengan pengukuran karbon-monoksida CO, nilai ISPU Nitrogendioksida NO2 di Bukit Kototabang selama tahun 2012 gambar 5, berada pada kisaran 0-50, yang artinya kondisinya udara baik dan tidak menimbulkan efek bagi kesehatan manusia dan makhluk ISPU Sulfurdioksida SO2Gambar 6. Nilai ISPU Sulfurdioksida SO2 pada tahun 2012 di Bukit KototabangSama dengan dua parameter sebelumnya CO dan NO2, Sulfurdioksida SO2 gambar 6 juga menunjukkan kualitas udara yang baik dan tidak ada efek bagi kesehatan manusia dan makhluk hidup selama tahun 2012 di Bukit Kototabang, dengan kisaran ISPU ISPU Ozon Permukaan O3Ozon permukaan O3 lihat gambar 7, selama tahun 2012 366 hari di Bukit Kototabang, mempunyai nilai ISPU sebanyak 358 hari berada pada kisaran 0-50 yang artinya kualitas udara baik, 7 tujuh hari berada pada kisaran 51-100 yang artinya berada pada kategori sedang efeknya menimbulkan luka pada beberapa spesies tumbuhan dan 1 satu hari pada 30 Agustus 2012 berada pada kisaran ISPU 200-299, yang artinya kualitas udara sangat tidak sehat Olah raga ringan mengakibatkan pengaruh pernapasan pada pasien yang berpenyakit paru-paru kronis. Kualitas udara termasuk pada kategori sedang adalah 7 tujuh hari di mana nilai ISPU berada pada kisaran 51-100, yaitu pada 13 Februari 2012 nilai ISPU 85, 24 Juli 2012 nilai ISPU 61, 26 Juli 2012 nilai ISPU 50, 28 Agustus 2012 nilai ISPU 58, 3 September 2012 nilai ISPU 52, 30 September 2012 nilai ISPU 55 dan 1 Oktober 2012 nilai ISPU 63.Gambar 7. Nilai ISPU Ozon Permukaan O3 pada tahun 2012 di Bukit Kototabang 11AgustA KurniAwAn ļ
PENGUKURAN PARAMETER KUALITAS UDARACO, NO2, SO2, O3 DAN PM10 DI BUKIT KOTOTABANG BERBASIS ISPUAda beberapa penyebab mengapa kualitas udara di Bukit Kototabang dari parameter ozon permukaan O3 berkategori sedang nilai ISPU 51-100 bahkan sampai kondisi sangat tidak sehat nilai ISPU 200-299, antara lain karena ada transport polutan dari daerah lain misalnya dari Riau atau Palembang, dibuktikan dengan adanya titik api hotspot di pulau Sumatra karena kebakaran hutan, selain itu ada faktor lokal yang ikut berperanan adalah adanya pembakaran ladang di sekitar lokasi station dan banyak pemakaian bahan VOC Volatile Organic Compounds sebagai precursor pembentukan ozon permukaan di sekitar lokasi Stasiun. Senyawa VOC yang biasanya digunakan misalnya pengencer cat, pengharum ruangan, dan ISPU partikulat PM10Untuk parameter Partikulat PM10 gambar 8, selama tahun 2012 366 hari di Bukit Kototabang, nilai ISPU sebanyak 363 hari berada pada kisaran 0-50 yang artinya kualitas udara baik, 3 tiga hari berada pada kisaran 51-100 yang artinya berada pada kategori sedang efeknya terjadi penurunan pada jarak pandang. Tiga hari tersebut teramati pada 14 Juni 2012 nilai ISPU 53, 15 Juni 2012 nilai ISPU 54 dan 17 September 2012 nilai ISPU 51. Penyebab turunnya kualitas udara dari Parameter partikulat PM10 dari kategori baik menjadi sedang, adalah karena ada transport polutan misalnya karena adanya titik api hotspot di Pulau Sumatra, selain itu dari faktor lokal adalah adanya pembakaran ladang di sekitar lokasi station. Sumber dari kendaraan bermotor dan asap pabrik dapat diabaikan Sudalma dkk., 2015 dan Kwak dkk., 2017 mengingat Bukit Kototabang adalah daerah yang terpencil dan jauh dari aktivitas 8. Nilai ISPU partikulat PM10 pada tahun 2012 di Bukit KototabangHubungan antara Nilai ISPU dengan Kategori Kualitas UdaraDengan melihat nilai dari parameter ISPU dapat dipastikan bahwa selama tahun 2012, kualitas udara di Bukit Kototabang masih berkategori baik, berada dalam kisaran ISPU 0-50. Penurunan parameter menjadi kategori sedang terjadi 7 tujuh hari untuk parameter ozon permukaan O3 dan 3 hari untuk parameter partikulat PM10, dan menjadi kategori sangat tidak sehat hanya 1 satu hari untuk parameter ozon permukaan O3 artinya hanya 11 hari dari 366 hari atau hanya 3 % berkategori tidak baik, sisanya 97 % berkategori baik. 12 VOL 7, DESEMBER 2017; 1-13Gambar ISPU CO, NO2, SO2, O3 dan PM10 pada tahun 2012 di Bukit KototabangIni berarti Bukit Kototabang masih dikatakan daerah yang bersih dan masih dapat digunakan sebagai background monitoring kualitas udara di Indonesia, dan status Bukit Kototabang GAW Station masih dikatakan sebagai remote hasil analisa di atas, maka dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut Kualitas udara di Bukit Kototabang selama tahun 2012 tergolong baik, dibuktikan hanya 11 hari dari 366 hari atau hanya 3 % berkategori tidak baik, sisanya 97 % berkategori baik. Kategori tidak baik itu berasal dari parameter ozon permukaan O3 dan partikulat PM10. Perlunya data yang lebih panjang, minimal lima tahun dengan tersedianya semua parameter kualitas udara CO, NO2, SO2, O3 dan PM10 untuk melihat status Bukit Kototabang GAW Station sebagai background monitoring dan remote monitoring. Kedua, perlu adanya lokasi lain daerah urban dan sub urban di Indonesia yang melakukan pengukuran kualitas udara secara TERIMAKASIHTerima kasih penulis ucapkan kepada rekan-rekan dari Bukit Kototabang GAW Station yang telah melakukan pengukuran, perawatan terhadap instrumen SO2 Analyzer TS43i, NO2 Analyzer TS42i-Trace Level, O3 Analyzer TE49i, CO Analyzer HORIBA APMA 360, PM10 Analyzer BAM1020 dan MAWS Vaisala. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dr Joerg Klausen, Dr. Christoph Zellweger, Dr. Martin S. dari EMPA Swiss yang telah melakukan audit komprehensif dan kalibrasi terhadap instrumen di Bukit Kototabang GAW Station, serta mengirimkan data-data CO dan Ozon permukaan ke World Data Center for Green House Gasses WDCGG dan mengirimkan data aerosol/partikulat PM10 ke World Data Center for Aerosol. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Pusat Instrumentasi dan Kalibrasi BMKG yang telah melakukan kalibrasi terhadap peralatan MAWS PUSTAKABattista, G., of the Air Pollution Sources in the city of Rome Italy.Energy Procedia 126392-397, doi F., Lanzafame, R., Monforte, P., Oliveri, C., Scandura, P. F. quality data for Catania analysis and investigation casestudy 2012-2013. Energy Procedia.81644 ā 654, doi 13AgustA KurniAwAn ļ
PENGUKURAN PARAMETER KUALITAS UDARACO, NO2, SO2, O3 DAN PM10 DI BUKIT KOTOTABANG BERBASIS ISPUGualtieri G., Camilli F., Cavaliere A., De Filippis T., Di Gennaro F.,Dini F., Gioli B., Matese A., Nunziati W., Rocchi L., Toscano P., Di Lonardo S., Vagnoli C., Zaldei A. 2017. An integrated low-cost road traffic and air pollution monitoring platform to assess vehiclesā air quality impact in urban Research Procedia 27609ā616, doi S., Klausen, J., Junkermann, W., Kariuki, J. M., Aseyo, J. O. and Buchmann, B. 2008. Represen-tativeness and climatology of carbon monoxide and ozone at the global GAW station Mt. Kenya in equatorial Africa. Atmos. Chem. Phys.83119ā Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 107 Tahun 1997 Tanggal 21 November 1997 Tentang Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara, J., Zellweger, C., Buchmann, B. and Hofer, P. 2003. Uncertainty and bias of surface ozone measurement at selected Global Atmosphere Watch sites. Journal of Geophysical Research. 108 D19 4622, doi A. 2010. Pengaruh Letusan Gunung Sinabung Terhadap Pengukuran Deposisi Asam di Bukit Kototabang. Megasains 14 218-229, ISSN H. Y., Ko, J., Lee, S., Joh, Identifying the correlation between rainfall, traffic flow performance and air pollution concentration in Seoul using a path analysis Identifying the correlation between rainfall, traffic flow performance and air pollution concentration in Seoul using a path analysis. Transportation Research Procedia 253552ā3563, doi Ko, J., Lee, S., Joh, 2017. Identifying the correlation between rainfall, trafic flow performance and air pollution concentration in Seoul using a path analysis, Transportation Research Procedia 253552-3563, doi Speidela, R. Naua, F. Arnolda, H. Schlagerb, A., Stohlc 2007. Sulfur dioxide measurements in the lower, middle and upper troposphere Deployment of an aircraft-based chemical ionization mass spectrometer with permanent in-flight calibration. Atmospheric Environment 41 2427ā Dwi Pujiastuti, D., Ilahi, 2014. Analisis Pengaruh Intensitas Radiasi Matahari, Temperatur Dan Kelembaban Udara Terhadap Fluktuasi Konsentrasi Ozon Permukaan Di Bukit Kototabang Tahun 2005-2010. Jurnal Fisika Unand 33177-183, ISSN N. S. and Cubukcu, K. M., of Air Pollution Effects on Asthma Disease The case of Izmir. Procedia - Social and Behavioral Sciences 202448ā455Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tanggal 26 mei 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, D. L. and Chang, S. C., 2016. Atmospheric impacts of Indonesian fire emissions Assessing remote sensing data and air quality during 2013 Malaysian haze. Procedia Environmental Sciences 36176ā179, doi Sudalma, S., Purwanto, P., and Santoso, L. W. 2015. The Effect of SO2 and NO from Transportation and Stationary Emissions Sources to SO42- and NO3- in Rain Water in Semarang. Procedia Environmental Sciences 23247ā252, doi . ... WHO in 2019 reported that at least 7 million deaths occur annually due to air pollution. It can be caused by climate change, the greenhouse effect, and significant air pollutants such as particulate matter, sulfur dioxide, nitrogen dioxide, carbon monoxide, and ozone [2]. The increasing population and high energy consumption in urban areas cause air pollution to worsen. ...... where Di,j = Distance of data to I to cluster center j-th x ki = Data to i-th on attribute data to k-th x kj = The j-th center point on the k-th attribute 2. Clustering data, the smaller the distance from the center of the cluster, the higher the similarity of the data. 3. Defining a new cluster center, with the following calculations Based on the results of the initial clustering of k-Means to the distribution points of air volume, the SOM algorithm [2] was used to visualize the clustering results with the following steps. ...... It showed that the air content during the day with the highest average was CO and far above the average content of other parameters due to the density of vehicles during the day. Subsequently, industrial and construction workers operating in urban areas also contribute to high levels of air pollution [1,2]. Based on air quality parameters using k-Means, there are seven regional clusters. ...Air pollution is an important environmental problem for specific areas, including Makassar City, Indonesia. The increase should be monitored and evaluated, especially in urban areas that are dense with vehicles and factories. This is a challenge for local governments in urban planning and policy-making to fulfill the information about the impact of air pollution. The clustering of starting points for the distribution areas can ease the government to determine policies and prevent the impact. The k-Means initial clustering method was used while the Self-Organizing Maps SOM visualized the clustering results. Furthermore, the Geographic Information System GIS visualized the results of regional clustering on a map of Makassar City. The air quality parameters used are Suspended Particles TSP, Sulfur Dioxide SO2, Nitrogen Dioxide NO2, Carbon Monoxide CO, Surface Ozone O3, and Lead Pb which are measured during the day and at night. The results showed that the air contains more CO, and at night, the levels are reduced in some areas. Therefore, the density of traffic, industry and construction work contributes significantly to the spread of CO. Air conditions vary, such as high CO levels during the day and TSP at night. Also, there is a phenomenon at night that a group does not have SO2 and O3 simultaneously. The results also show that the integration of k-Means and SOM for regional clustering can be appropriately mapped through GIS visualization.... The ISPU value in the range of 201-300 will be sensitive to humans, especially for the individuals who already have asthma and bronchitis. In turn, ISPU > 300, categorized as a hazard, will severely affect the entire population Kurniawan, 2017. ...... The ISPU value in the range of 200-299 is categorized as unhealthy for smokers, will increase cardiovascular risk, and weaken the body significantly. Meanwhile, ISPU values ranging from >300 can have a dangerous impact on all living things Kurniawan, 2017. ...This study identified the spatial distribution pattern of the ambient air quality in the Yogyakarta Urban Area. It was performed to determine the distribution pattern of SO2, CO, and NO2 concentrations for 2016ā2019 pre-pandemic and 2020 during pandemic. Furthermore, the spatial analysis was performed using the Inverse Distance Weighting interpolation method. This study proved that spatial modeling using this method has good accuracy, and it is easier to map the distribution pattern of ambient air quality. In 2020, most of the locations met the quality standard As a result, the SO2 and CO parameters immediately showed that most conditions are satisfactory. In 2016, the SO2 parameters met the quality standards at of locations. In 2020, the number increased to In addition, the CO parameter reached the quality standard at of locations in 2016 and a perfect level of 100% in 2020. This occurred due to the effects of the COVID-19 pandemic because most human and business activities decreased drastically. Therefore, all studies can be used as the basis for air quality modeling and post-COVID-19 predictions. This study is also important as a policy material in the monitoring and management system of ambient air quality in urban areas... Air pollution has a negative impact, such as human health problems, especially children, women or the elderly who suffer from respiratory problems [2]. To monitor air quality, the government sets the National Ambient Air Quality Standard which is used as the maximum limit for the levels of elements present in ambient air [3]. Air pollution is assessed from the concentration of several parameters compiled in the Air Pollution Standard Index ISPU. ...... ISPU has parameters according to Decree of the Head of the Environmental Impact Management Agency Attachment Number 107 of 1997, which are SO2, PM10, NO2, O3, and CO. From the five parameter values obtained, those will be classified based on the highest value [3]. To assist in determining the category in the ISPU, it can predict or classify the air quality [1]. ...Sugandi Yahdin Anita desianiShania Putri AndhiniDitia Fitri ArindaThe increase in the use of energy sources causes air pollution. The Air Pollutant Index API is information about the air quality of a place and at a certain time. API has several parameters, namely SO2, PM10, NO2, O3, and CO. In this study, the KNN method was used to assist categorize air quality. However, all training data were used during the classification process with KNN causes a long prediction process. Another problem with KNN is difficult to determine the optimal value of the K parameter in KNN. The Particle Swarm Optimization PSO method can be used for problems on KNN. Therefore, the aim of this study is to predict air quality based on the API by combining the KNN-PSO method. The dataset used is the API dataset for the DKI Jakarta area 2017-2019 totaling 1075 data. The results showed the accuracy for the KNN-PSO method was with a precision value of and a recall value of To further analyze the results on the combined method, the results of this study were compared with the KNN method only. The results obtained from the KNN method are lower than the KNN-PSO method. So it can be concluded that the KNN-PSO method is great and robust in air quality classification or prediction.... Secara keseluruhan rata-rata konsentrasi tertinggi yakni pada titik lokasi 6 sedangkan terendah pada titik lokasi 1. Hal ini dikarenakan pada titik lokasi 6 merupakan kawasan pemukiman yang berdekatan dengan jalan raya dan memiliki aktivitas transportasi Kurniawan, 2017. Nilai ISPU berkisar anatara 51 -100, berdasarkan hasil peta tersebut di kawasan Bundaran Taman Pelangi Surabaya di keenam titik sampling memiliki indikator warna yang sama yakni warna biru, dengan demikian dapat diartikan termasuk kedalam kategori pencemaran udara dengan tingkat sedang. ...Zakaria AmrizalIda MunfaridaAmrullahMasalah pencemaran udara merupakan persoalan tahunan yang terus terjadi di setiap kota. Kota Surabaya adalah salah satu kota dengan jumlah penduduk yang cukup padat sehingga berbanding lurus dengan jumlah kendaraan bermotor yang digunakan. Kendaraan bermotor serta kawasan perindustrian yang berada di Surabaya menyumbang emisi terbesar ke udara sehingga memiliki kualitas udara yang rendah kareana adanya pencemaran tersebut. Kualitas udara berkaitan erat dengan pencemaran, untuk mengetahui tingkat kadar pencemaran udara pengukuran kualitas udara mengacu pada indeks standar parameter pencemaran udara ISPU. Parameter pemantauan yang digunakan salah satunya adalah Particulate matter 10. PM10 merupakan pencemar primer yang beremisi langsung ke udara yang berdampak serius bagi kesehatan dan lingkungan. Penelitian ini dilakukan di kawasan Bundaran Taman Pelangi Surabaya selama 3 hari dengan selang waktu hari kerja dan hari libur dengan interval waktu pada pagi, siang dan sore hari. Analisis data konsentrasi dihitung menggunakan alat HVAS dengan metode gravimetri serta dipetakan mengunakan program ArcGIS. Hasil studi menunjukkan konsnetrasi tertinggi pada titik lokasi sampling 6 dengan nilai PM10 = μg/m3 , dan terendah pada titik lokasi sampling 1 Pm10= μg/m3... Minamitorishima adalah sebuah pulau yang terletak di wilayah paling tenggara Jepang di Samudra Pasifik Utara, sekitar km tenggara Tokyo. Stasiun pemantau ketiga terdapat di Mount Waliguan, Republik Rakyat Tiongkok dan di Danum Valley, Sabah, astronomis dan geografis Indonesia memberikan fenomena tersendiri dalam bidang sains atmosferKurniawan, 2017. Tujuan dibangunnya stasiun pemantau atmosfer global adalah untuk memperoleh data atmosferik dan kualitas udara di daerah dengan kondisi udara yang relatif bersih dan jauh dari aktivitas antropogenik. ...... Dari keseluruhan reaksi di atas, diketahui bahwa di aliran pendingin helium akan terbentuk pengotor antara lain CO, CH 4 , CO 2 , H 2 , H 2 O, dan O 2 [16]. Sedangkan pengotor N 2 timbul karena adanya udara yang masuk ke pendingin primer, dan secara alamiah udara telah mengandung N 2 [25]. Gambar ...PENYERAPAN KARBONDIOKSIDA OLEH KOLOM MOLECULAR SIEVE PADA SISTEM PEMURNIAN HELIUM DALAM PELUIT. Peluit adalah desain konseptual reaktor daya yang dirancang berdasar teknologi High Temperature Gas-cooled Reactor HTGR, dengan siklus konversi daya tidak langsung. Pendingin primer Peluit adalah gas helium dan harus dijaga kemurniannya dari pengotor CO2 dibawah 0,6 parts per million by volume ppmv berdasarkan persyaratannya. CO2 terbentuk karena reaksi oksigen atau air dengan karbon di teras pada saat kejadian water/air ingress. Dampak CO2 terhadap sistem, struktur dan komponen SSK adalah terjadinya reaksi dekarburisasi pada tabung steam generator. Dalam sistem pemurnian helium Peluit, komponen penyerap CO2 adalah kolom molecular sieve jenis 5A. Penelitian ini bertujuan mendemonstrasikan simulasi proses penyerapan pengotor CO2 pada kolom molecular sieve sepanjang ketinggian kolom yang dirancang sehingga hasil penyerapan menghasilkan konsentrasi batas maksimal pada pendingin primer tidak terlampaui. Metodologi yang digunakan adalah pemodelan perhitungan dengan software Matlab dengan metode penyerapan adalah metode Henry. Tinggi kolom diasumsikan 200 cm, diameter kolom 50 cm, laju aliran gas helium adalah 5% dari aliran utama pendingin primer setara dengan 3,0 kg/s, dan konsentrasi pengotor CO2 adalah 40 ppmv. Berdasarkan simulasi diketahui bahwa setelah 5 detik, gas helium bersih sudah keluar dari ujung kolom dengan konsentrasi pengotor CO2 tersisa 4Ć10-5 ppmv. Dengan hasil ini menunjukkan bahwa kolom molecular sieve mampu membersihkan pengotor CO2 dengan efisiensi 99,99% dan dapat disimpulkan bahwa molecular sieve tipe 5A cocok digunakan pada sistem pemurnian helium Peluit.... The air quality detector prototype describes an online air quality monitoring system that provides information on indoor and outdoor air quality via the Internet. The variable observed is the level of air quality [9]. The components connected to the IoT include an active gas sensor to detect gas. ...Irmayatul HikmahAfifah Dwi RamadhaniF T SyifaThe efforts to maintain indoor air quality from dangerous viruses need to be improved. One way is by sterilizing the room using a disinfectant which has a weakness, namely that it is unsafe if the disinfectant is exposed to the body, especially, when entering the respiratory system, it will become dangerous toxins. Therefore, an innovation of a healthy room that is safe for the respiratory system is needed by applying essential oil as a natural antiseptic liquid which is converted into gas through a diffuser that is connected to a gas sensor equipped with the Internet of Things IoT technology. It can record air quality data and connect to an Internet server to monitor indoor air quality easily and practically. The research was conducted by making different variations in the concentrations of essential oil to obtain maximum air quality. From the results we obtained, the level of air quality is getting better when the oil concentration is increased because more gas particles can bind contaminant molecules in the air. Karina AnggraeniHeru Dwi WahjonoMuhammad Agus SalimPenerapan TeknologiPemantauan kualitas air dan udara merupakan salah satu kegiatan pengendalian Quality Monitoring SystemAQMS dan Water Quality Monitoring SystemWQMS merupakan salah satu teknologi pelaporan kualitas udara dan air secara kontinu tanpa pengambilan sampel secara manual. Kebutuhan monitoring kualitas air dan udara di Indonesia di berbagai daerah maka diperlukan suatu inovasi dengan dibuatnya integrasi pemantauan kualitas air dan udara untuk pelaporan kualitas lingkungan. Integrasidilakukandengan meletakkan alat pemantauan kualitas air Onlimo dan alat pemantauan kualitas udara Sipaku secara berdekatan di dalam 1 stasiunyang sudah diterapkandiPos Pemantauan Sungai CisadaneTangerang. Adanya integrasi ini diharapkan dapat menghemat biaya maintenance alat Onlimo dan Sipaku dan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan Onlimo dan Sipaku untuk pemantauan kualitas lingkungan secara integrasi Onlimo dan Sipaku dimulai dengan perancangan dan perakitan Sistem Onlimo dan Sipaku, uji coba peralatanSistem Onlimo dan Sipaku, pemasangan Sistem Onlimo dan Sipaku di Pos Pemantauan Sungai Cisadane Tangerangdan evaluasi pengukuran kualitias air dan udara yang diukur oleh AlatOnlimo dan Sipaku. Sistem integrasi pemantauan kualitas air dan udara di Sungai Cisadanedapat diterapkan dengan baik tetapi perlu adanya peningkatan keandalan dan kestabilan alat Onlimo dan Eko CahyonoParikesit Benny JoyReza MahdiThe impact of global warming caused by the increasing CO2 concentrations has emerged as one of the most critical issues to be globally addressed. The top two sectors contributing to the country's emissions are forestry and energy, emissions from deforestation, and power generation. Most of the fuel used in petroleum and coal are identified as contributors to Indonesia's CO2 emissions. This study employs a comprehensive modelling tool, the GAINS energy planning system, to project CO2 emissions from 1990 to 2050 for each sector. Furthermore, it is compared with projections from Agency for the Assessment and Application of Technology BPPT, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi of Indonesia and the Secretariat General of the National Energy Council SGNEC to find out which energy sector is the largest contributor to CO2 emissions. Then a projection was made using the Autoregressive Integrated Moving Average ARIMA model for CO2 data at the GAW station, West Sumatra. Actual and projected data show that the CO2 concentrations were above 400 ppm, which had the potential to cause global warming. The government is recommended to use this projection as an effort to reduce global warming. The Indonesian government, with The Paris Agreement, is willing to reduce CO2 emissions by 41% by IsfiyaAir pollution can be interpreted as the presence of foreign substance or level substance contained in the air, so that it can cause changes in the composition of the air from normal conditions. The presence of pollutants sourced from moving and immovable sources can be in the form of dust particles that can affect the level of air quality in the environment and interfere with human health, so that air quality is measured. The measurement of air quality particulates carried out aims to determine the quality of outdoor air at PSDKU Airlangga University in Banyuwangi. This type of research is descriptive observational research. The method used in sampling is purposive sampling. This research was conducted in 5 locations, namely Sobo basketball court, student parking lot, outdoor student discussion area I, Sobo campus outdoor canteen, and outdoor student discussion area II. The result of measurements of dust particulate levels showed that all places were in the good category, but the student parking lot had the highest average which is equal to 1,572 µ/m3, compared to the other 4 places. Efforts that can be made to overcome the high levels of dust particulates in PSDKU Airlangga University in Banyuwangi include reducing the use of motorized vehicles, as well as always covering the helmet and wearing masks when driving, as well as care free day policies in the campus KwakJoonho KoSeungho Lee Ch JohExtreme weather events including a heavy rain and the snow are known to have negative impacts on the traffic flow and on the air quality in turn. Rainfall however has a moderate effect of washing the pollution in the air as well. The literature has mostly concerned one of these two conflicting impacts, but they are better analyzed by simultaneous linear equations. The paper employs a path analysis to investigate the complex impact of rainfall on the air pollution on the road via the change in traffic flow. The results differ between the amounts of rainfall and between pollutants. De Lin ShowSu-Chin ChangThe 2013 Malaysian haze event coincided temporally with rising trends of hotspots detected in Sumatra, Indonesia. Based on satellite remote sensing, air quality data and wind vector maps, our study aims to provide a preliminary assessment on the remote effects of Indonesian forest fires on the Malaysian haze. In order to locate and detect the occurrence of active fires in Sumatra, MODIS Active Fire Data was retrieved from NASA/LANCE ā FIRMS for satellite imagery and analysis. Air quality at Petaling Jaya was assessed based on PM10 concentration and meteorological data provided by the Malaysian Meteorological Department. Wind vector maps for the Indian Pacific region were constructed with the NCEP/NCAR Reanalysis Product developed by NOAA-ESRL. In June, southwesterlies prevailed in the region and brought substantial amounts of particulate matter from Sumatra to Peninsular Malaysia, with Petaling Jaya being one of the most severely inflicted air pollution is undoubtedly a significant risk factor for human health and has been increasing due to increasing population, population density, rapid urbanization, industrialization, traffic density, since the 1950s. The aim of the study is to test the relation between the number of asthma cases and the levels of air pollutants sulfur dioxide SO2 and particulate matter PM10. The data are collected for six districts in Izmirfor the years between 2007 and 2010. The results from the regression show that there is a statistically significant relation between the number of asthma cases and the level of urban air is the central of economic growth in the Central Java; grow as the city of industry, trade, services and education. One of the impacts of urban development is air pollution and acid rain. This study aims to analyse the impact of emissions of SO2 and NO2 emissions from stationary sources and mobile sources of the content of SO42-and NO3ā in the rain. Research method using Gaussian distribution models to determine the contribution of SO2 and NO2 emissions from 98 industrial stacks and transport activity of 43 major roads in the city of Semarang and its correlation with SO42-and NO3ā in the rain at points monitored. Location of monitoring conducted at 13 monitoring points includes residential areas, industrial areas and areas with dense transport. Number of samples rainwater 131 samples during the period February - May 2013. SO2 emissions from stationary sources and transportation caused to Whereas NO2 impact of emission sources in Semarang on nitrates in rain water was of rain events during the period January - June Global Atmosphere Watch GAW program currently coordinates 22 ground-based atmospheric background monitoring stations of global scope. The GAW World Calibration Centre for Surface Ozone, Carbon Monoxide and Methane WCC-EMPA is responsible for tracing surface ozone measurements at these stations to the designated reference within the GAW program, the Standard Reference Photometer SRP 2 maintained at the National Institute of Standards and Technology NIST. The recommended method for surface ozone measurements is based on UV absorption at 254 nm Hg line. Repeated and regular intercomparisons of station instruments are necessary to achieve and maintain high and known data quality. In this paper, the traceability chain is explained, and standard uncertainties for each element are evaluated. Data of 26 intercomparisons performed at 14 stations between 1996 and 2002 are analyzed. On 23 occasions, the instruments passed the audit with āgoodā agreement, in one case with āsufficientā agreement. On 2 occasions, both first audits at the site, the audited instrument did not comply with the minimal data quality requirements. The best instruments in use exhibit a median absolute bias of approximately ppbv and a standard uncertainty of approximately ppbv 0ā100 ppbv. The quantitative improvement of data quality as a result of repeated audits can be demonstrated with several tropics strongly influence the global atmospheric chemistry budget. However, continuous in-situ observations of trace gases are rare especially in equatorial Africa. The WMO Global Atmosphere Watch GAW programme aimed to close this gap with the installation of the Mt. Kenya MKN baseline station. Here, the first continuous measurements of carbon monoxide CO and ozone O3 at this site covering the period June 2002 to June 2006 are presented. The representativeness of the site was investigated by means of statistical data analysis, air mass trajectory clustering, interpretation of biomass burning variability and evaluation of O3-CO relationships. Because of its location in eastern equatorial Africa, the site was rarely directly influenced by biomass burning emissions, making it suitable for background observations. Located at 3678 m above sea level the night-time 2100ā0400 UTC measurements of CO and O3 were in general representative of the free troposphere, while day-time measurements were influenced by atmospheric boundary layer air. Increased night-time concentrations were observed in 25% of all nights and associated with residual layers of increased CO and water vapour in the free troposphere. Six representative flow regimes towards Mt. Kenya were determined eastern Africa 21% of the time, Arabian Peninsula and Pakistan 16%, northern Africa free tropospheric 6%, northern Indian Ocean and India 17%, south-eastern Africa 18% and southern India Ocean 21% flow regimes. The seasonal alternation of these flow regimes was determined by the monsoon circulation and caused a distinct semi-annual cycle of CO with maxima during February primary and August secondary, annually variable and with minima in April primary and November secondary, annually variable. O3 showed a weaker annual cycle with a minimum in November and a broad summer maximum. Inter-annual variations were explained with differences in southern African biomass burning and transport towards MKN. Although biomass burning had little direct influence on the measurements at MKN it introduces inter-annual variability in the background concentrations of the southern hemisphere that subsequently reaches Kenya. The measurements at MKN were representative of air masses with little photochemical activity as indicated by weak O3-CO correlations, underlining the baseline character of the site. Inter-comparison of O3 at MKN with sounding data from Nairobi revealed a positive offset of the sounding data, most likely due to additional photochemical production of O3 in the Nairobi city plume. Future extensions of the measurement programme will provide better understanding of the atmospheric chemistry of this globally important of atmospheric SO2 have been made at altitudes between ground level and 12 km in the lower, middle and upper troposphere. The measurements were carried out within the framework of the ITOP Intercontinental Transport of Ozone and Precursors campaign in summer 2004 above Europe and the Eastern Atlantic. They were made using a novel very sensitive and fast-response aircraft-based ion trap CIMS instrument ITCIMS; CIMS=chemical ionization mass spectrometry, which was continuously calibrated using isotopically labelled SO2. During a total of eight flights of the research aircraft FALCON DLR air masses of different origin and different degree of pollution, indicated by measured elevated atmospheric SO2 mole fractions, were intercepted. Often elevated concentrations of SO2, which stemmed from North America were observed over Europe and the eastern Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar UdaraTahun 1997 Tanggal 21 November 1997 Tentang Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara, Effect of SO 2 and NO from Transportation and Stationary Emissions Sources to SO 4 in SemarangS SudalmaP PurwantoL W SantosoSudalma, S., Purwanto, P., and Santoso, L. W. 2015. The Effect of SO 2 and NO from Transportation and Stationary Emissions Sources to SO 4 in Semarang. Procedia Environmental Sciences 23247-252, doi
pencemaran udara biasanya diukur dengan satuan