memenuhisuatu syarat batas tertentu yang merupakan kondisi fisis dari sistem. Untuk menggambarkan kondisi dari sistem biasanya digunakan suatu sistem koordinat, misalnya sistem koordinat kartesian dan sistem koordinat polar. Penggunaan masing-masing sistem koordinat disesuaikan dengan bentuk geometri sistemnya [1-6]. Permasalahannya adalah
Sistemkoordinat adalah sebuah sistem yang digunakan untuk merepresentasikan lokasi darisebuah titik. Jenis sistem koordinat yang sering digunakan dalam pemetaan : Sistem KoordinatCartesian (2D & 3D) Sistem KoordinatPolar Sistem Koordinat Bola Sistem KoordinatElipsoid Sistem KoordinatGeografi Sistem Koordinat Polar P E R P E TA A N
Sistemkoordinat yang dipakai bisa Polar Coordinates atau Cartesian Coordinates. Biasanya dalam pemrograman grafis, yang paling umum digunakan adalah Cartesian Coordinates. MENGENAL PEMROGRAMAN GRAFIS- Pemrograman grafis adalah pemrograman yang digunakan untuk menghasilkan gambar pada komputer menggunakan library yang ada.
Secarateknis, web adalah sebuah sistem dimana informasi dalam bentuk teks, gambar,suara, dan lain-lain yang tersimpan dalam sebuah internet webserver dipresentasikan dalam bentuk hypertext. Protokol standar yang digunakan untuk keperluan ini disebut sebagai File Transfer Protocol (FTP) FTP umumnya dimanfaatkan sebagai sarana pendukung
Untukmenghindari posisi koordinat piksel yang tidak merata, koordinat piksel (x,y) dinyatakan dengan menggunakan koordinat polar dalam persamaan (11) lihat berupa window-window yang digunakan pada sistem operasi Windows, Mac, maupun Aplikasi grafik komputer adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk mengolah, memanipulasi, membuat
cara membuat pisang crispy coklat keju lumer. Sistem Koordinat Polar Sebuah sistem koordinar menyatakan suatu titik pada bidang dengan sepasang bilangan terurut yang disebut koordinat. Seperti yang telah kita ketahui, koordinat Cartesius diperkenalkan oleh Descartes yang merupakan jarak berarah dari dua sumbu yang saling tegak lurus. Pada pembahasan kali ini saya akan merangkum materi tentang suatu sistem koordinat yang disebut yang disebut sistem koordinat polar atau sistem koordinat kutub. Sistem ini diperkenalkan oleh Newton, dan lebih mudah digunakan pada banyak kasus. Pada sistem koordinat polar ini, kita memilih sebuah titik pada bidang yang disebut dengan titik kutub atau titik asal. Setelah itu, buat suatu garis yang berawal dari titik asal tersebut yang disebut sumbu polar atau sumbu kutub. Sumbu ini biasanya digambar secara horizontal ke kanan dan berimpit dengan sumbu x pada koordinat Cartesius. Misalkan P adalah suatu titik pada bidang. Jika r adalah jarak dari O titik asal ke P , dan $theta$ adalah sudut biasanya diukur dalam radian antara sumbu polar dan garis OP, maka pasangan berurut r,$theta$ disebut koordinat polar dari titik P. Kita sepakati bahwa sudut adalah positif jika diukur berlawanan arah jarum jam dari sumbu polar dan negatif jika diukur searah jatum jam. Koordinat 0,$theta$ menyatakan titik kutub atau titik asal, untuk sembarang nilai $theta$. Titik -r,$theta$ dan r,$theta$ terletak pada garis yang sama melalui O dan berjarak sama yaitu r dari O. Jika r > 0, titik r,$theta$ terletak di kuadran yang sama dengan $theta$. Dalam koordinat Cartesius, setiao titik hanya memiliki satu penyajian. Dalam sistem koordinat polar, masing-masing titik mempunyai banyak penyajian. Titik r,$theta$ dapat juga dinyatakan dengan $r,theta +2npi $ atau $-r,theta +2n+1pi $ dengan n adalah bilangan bulat sembarang. Hubungan antara koordinat polar dengan koordinat Cartesius dapat dijelaskan sebagai berikut. Jika titik P mempunyai koordinat polar r,$theta$ dan koordinat Cartesius x,y, maka dengan bantuan gambar dapat dilihat hubungan berikut ini $cos theta =frac{x}{r}$ dan $sin theta =frac{y}{r}$ Sehingga, jika kita mengetahui bahwa suatu titk P mempunyai koordinat polar r,$ theta$, maka koordinat Cartesiusnya adalah x,y, dengan x dan y diberikan oleh $x=rcostheta$ dan $y=rsin theta$ Sebaliknya, jika kita tahu bahwa suatu titk P mempunyai koordinat Cartesius x,y, maka koordinat polarnya adalah r,$theta$, dimana r dan $theta$ memenuhi hubungan berikutr²=x²+y² dan $tan theta =frac{y}{x}$ Dalam sistem koordinat polar, suatu kurva umumnya dinyatakan dalam bentuk r = f$theta$, untuk suatu fungsi f. Koordinat Polar dalam Kalkulus Garis Singgung Untuk menentukan garis singgung pada kurva polar r = f$theta$, kita anggap $theta$ sebagai parameter dan menulis persamaan parametriknya sebagai $x=rcos theta =ftheta cos theta$ $y=rsin theta =ftheta sin theta$ Dengan metode penentuan kemiringan garis singgung m pada kurva parametrik kita akan peroleh $m=frac{mathrm{d} y}{mathrm{d} x}=frac{dy/dtheta}{dx/dtheta}=frac{f'theta sin theta +ftheta cos theta }{f'theta cos theta +ftheta sin theta}$ Kurva mempunyai garis singgung horizontal di titik dengan dy/d$theta$ = 0, asalkan dx/d$theta$ 0. Kurva mempunyai garis singgung vertikal di titik dengan dx/d$theta$ = 0, asalkan dy/d$theta$ 0. Luas Untuk menurunkan rumus luas daerah yang dibatasi kurva dalam persamaan polar, kita perlu menggunakan rumus luas sektor/juring dari suatu lingkaran dengan jari-jari r, yaitu $L=frac{1}{2}r^2theta$ dengan $theta$ adalah sudut pusat yang diukur dalam radian. Rumus ini didapat dari fakta bahwa luas sektor/juring lingkaran adlah sebanding dengan sudut pusatnya. Misalkan D adalah daerah yang dibatasi kurva polar r = f$theta$ dan oleh dua garis $0leq b-aleq 2pi$ = a dan $theta$ = b, dimana f adalah kontinu dan tak negatif serta $0leq b-aleq 2pi$. Kita membagi selang [a,b] menjadi n anak selang yang sama panjang, dengan titik-titik ujung $theta _{0},theta _{1},…,theta _{n}$, dan panjang masing-masing anak selang adalah $bigtriangleup theta$. Dengan demikian, daerah D juga terbagi menjadi n daerah bagian, yang masing-masing memiliki sudut pusat $bigtriangleup theta$. Kita pilih $theta ^*_{i}in [theta _{i-1},theta _{i}]$. Jika $bigtriangleup L_{i}$ menyatakan luas daerah bagian ke-i, maka daerah ini dapat dihampiri dengan luas juring lingkaran dengan jari-jari $ftheta _{i}^*$ dan sudut pusat $bigtriangleup theta$, yaitu $bigtriangleup Lapprox frac{1}{2}ftheta ^*_{i}^2bigtriangleup theta$ Sehingga hampiran untuk total luas daerah D adalah $Lapprox sum_{i=1}^{n}frac{1}{2}ftheta ^*_{i}^2bigtriangleup theta$ Perhatikan bahwa jumlah di atas adalah sebuah jumlah Riemann dan nilai hampiran akan semakin mendekati luas Daerah D jika n menuju takhingga. Akhirnya, kita peroleh rumus untuk menentukan luas daerah D sebagai berikut. $L=int_{a}^{b}ftheta ^2dtheta =int_{a}^{b}frac{1}{2}r^2dtheta$ Panjang Kurva Kita ingin menentukan panjang kurva dari suatu persamaan polar r = f$theta$ untuk $aleq theta leq b$. Dengan mengasumsikan bahwa f kontinu pada selang $[aleq theta leq b]$, kita dapat menggunakan teorema panjang kurva untuk menentukan panjang kurva tersebut, yaitu $P=int_{a}^{b}sqrt{begin{pmatrix} frac{dx}{dtheta } end{pmatrix}^2+begin{pmatrix} frac{dy}{dtheta } end{pmatrix}^2}dtheta$ Karena $x=rcos theta$ dan $y=rsin theta$, maka panjang kurva dari suatu persamaan polar r = f$theta$ untuk $aleq theta leq b$ dapat ditentukan sebagai berikut $P=int_{a}^{b}sqrt{r^2+begin{pmatrix} frac{dr}{dtheta } end{pmatrix}^2}dtheta$ Demikian rangkuam materi tentang Koordinat Polar Semoga bermanfaat
11 Sistem Koordinat Polar Pada kuliah sebelumnya, kita selalu menggunakan sistem koordinat Kartesius untuk menggambarkan lintasan partikel yang bergerak. Koordinat Kartesius mudah digunakan saat menggambarkan gerak linear partikel, na-mun sedikit merepotkan saat digunakan untuk meninjau gerak melingkar1. Posisi suatu titik misal P dalam koordinat polar dinyatakan oleh notasi r, θ, dengan r menyatakan jarak partikel dari suatu titik acuan titik asal/origin, misal disebut O dan θ menyatakan sudut antara suatu sumbu acuan yang melalui O dan garis yang menghubungkan O dengan P . Vektor satuan untuk koordinat polar kita simbolkan dengan {ˆr, ˆθ}. Gambaran untuk r, θ, ˆr, dan ˆθ diberikan oleh gambar berikut gambar kiri. ^ r ^θ P x y Gambar 1 Kiri besaran-besaran dalam koordinat polar. Kanan uraian vektor-vektor satuan koordinat polar ke komponen-komponennya warna hijau. Vektor posisi titik P dinyatakan dengan simbol ~r dan digambarkan dengan panah warna biru. Panjang vektor tersebut adalah r. Sudut θ adalah sudut yang dibentuk oleh vektor r terhadap sumbu-x positif. Hal yang menarik dari koordinat polar adalah arah vektor-vektor satuan ˆr dan ˆθ selalu berubah mengikuti posisi titik P. Arah vektor ˆ r sama dengan vektor ~r, sedangkan arah ˆθ tegaklurus ˆr dan searah dengan arah ’bukaan’2 sudut θ. Posisi dari titik P, dapat dinyatakan sebagai ~rP = ~r = rˆr. 1 Hubungan antara koordinat polar dan Kartesius dapat diperoleh dengan menerapkan trigonometri untuk sudut θ. Hasilnya, xP = r cos θ dan yP = r sin θ. 2 Vektor-vektor satuan ˆr dan ˆθ juga dapat diuraikan dalam vektor-vektor satuan koordinat Kartesius ˆi dan ˆj sebagai berikut perhatikan gambar kanan dan ingat ˆr = 1, ˆ r = cos θ ˆi + sin θ ˆj dan θ = − sin θ ˆi + cos θ ˆˆ j. 3 Latihan buktikan dˆdθr = ˆθ dan dˆdθθ = −ˆr. 2 Posisi, kecepatan, dan percepatan gerak melingkar Anggaplah suatu partikel yang mula-mula berada di titik P lalu bergerak melingkar mengikuti lintasan berwarna ungu pada gambar 2. Posisi partikel tersebut akan berubah terhadap waktu. Jika jari-jari lintasan partikel selalu tetap, maka besaran yang berubah dari posisi partikel adalah tersebut adalah θ, sedangkan r nilainya tetap. Karena vektor-vektor satuan bergantung pada θ lihat persamaan 3, maka selama partikel bergerak arah vektor-vektor satuan ˆr dan ˆθ selalu berubah, atau merupakan fungsi dari waktu t. 1Walaupun tentu saja, kejadian fisis yang terjadi tidak bergantung sistem koordinat. Benda yang yang bergerak melingkar tetap akan bergerak melingkar, baik dilihat melalui sistem koordinat polar maupun Kartesius 2ini bukan istilah standar 2 ⃗ r ⃗v x y P O Gambar 2 Partikel bergerak melingkar mengikuti lintasan berbentuk lingkaran. Sesuai persamaan 1, posisi partikel adalah ~rt = rˆrt. 4 Kecepatan partikel adalah turunan pertama dari posisi terhadap waktu, sehingga diperoleh ~vt ≡ d~rt dt = dr dt {z} 0 ˆ rt + rdˆrt dt = r dˆrt dθ {z } ˆ θ dθ dt {z} = r ˆθ, 5 dengan ≡ dθdt disebut kecepatan sudut. Karena arah ˆθ tegaklurus ˆr, dan ˆr searah dengan jari-jari lingkaran, maka arah ˆθ sejajar dengan garis singgung lingkaran ungu. Dengan demikian, kecepatan ~v merupakan kecepatan tangensial partikel. Jika nilai kecepatan sudut konstan, maka nilai dari laju tangensial juga konstan. Untuk menentukan percepatan, kita turukan kembali kecepatan ~vt terhadap t, diperoleh ~a ≡ d~vt dt = dr dt ˆθ + r d dt {z} α ˆ θ + r dˆθ dθ {z} −ˆr dθ dt {z} = rαˆθ − r2r,ˆ 6 dengan α ≡ ddt disebut percepatan sudut. Suku pertama dari percepatan tersebut yaitu rα disebut sebagai percepatan tangensial, karena arahnya searah dengan ˆθ, dan nilainya bergantung pada percepatan sudut. Jika partikel bergerak dengan kecepatan sudut konstan, maka diperoleh ~a = −r2ˆr = −vr2r ingat persamaan 5.ˆ Percepatan ini disebut sebagai percepatan sentripetal, yang arahnya menuju pusat lintasan partikel. Nilai percepatan sentripetal bergantung hanya pada dan tentu saja r, sehingga partikel yang bergerak melingkar selalu memiliki percepatan jenis ini. Sehingga, kita dapat katakan percepatan sentripetal sebagai percepatan yang menyebabkan suatu benda bergerak melingkar. Jika suatu partikel memiliki kedua komponen percepatan tangensial dan sentripetal, maka besar percepatan partikel tersebut adalah a = q a2 tangensial+ a2sentripetal 7 3 Kinematika gerak melingkar Secara umum, persamaan kinematika untuk gerak melingkar memiliki bentuk yang serupa dengan pada gerak linear. Kita dapat menuliskan, θ = θ0+ 0t + 1 2αt 2, 8 3d x y O ds r Q P Gambar 3 Hubungan antara besaran-besaran sudut dengan linear pada gerak melingkar. Mula-mula partikel berada pada titik P dan sesaat kemudian berpindah ke Q. Panjang lintasan yang ditempuh oleh partikel adalah ds dan sudut yang dibentuk oleh vektor posisi kedua titik tersebut adalah dθ. mula saat t = t0 partikel berada pada titik P , dan sesaat kemudian t = t0 + dt partikel berpindah ke titik Q. Panjang lintasan yang ditempuh oleh partikel adalah ds dan sudut yang dibentuk oleh vektor posisi pada kedua saat tersebut adalah dθ. Untuk selang waktu dt yang sangat singkat OP Q dapat dianggap sebagai segitiga siku-siku dengan sudut siku-siku di titik P . Dari hubungan trigonometri, diperoleh tandθ = ds/r. Karena sudut dθ sangat kecil, berlaku tandθ ≈ dθ, sehingga diperoleh dθ = ds/r, atau ds = rdθ. 10 Kecepatan dan percepatan diperoleh dengan menurunkan jarak tersebut terhadap waktu, v ≡ ds dt = r dθ dt = r 11 a ≡ dv dt = r d dt = rα. 12 Sekali lagi, kita peroleh hasil yang sama dengan pada persamaan 5 dan 6. Namun, perlu diingat bahwa ds adalah perpindahan partikel pada arah tangensial menyinggung lingkaran, sehingga turunan-turunannya juga merupakan besaran tangensial kecepatan tangensial dan percepatan tangensial. Terlihat bahwa nilai percepat-an tpercepat-angensial bergpercepat-antung pada α ≡ ddt. Sehingga untuk gerak melingkar dengan kecepatan sudut konstan, percepatan tangensial bernilai nol di seluruh bagian lintasan baik di titik P, Q, maupun lainnya. Untuk gerak dengan kecepatan sudut konstan, besar dari laju tangensial juga konstan, namun arahnya selalu berubah yaitu selalu menyinggung lingkaran. Pada besaran vektor, perubahan vektor dapat terjadi karena berubahnya besar, arah, maupun keduanya. Karena kecepatan tangensial selalu mengalami perubahan arah, maka dikatakan bahwa kecepatan tangensial selalu mengalami perubahan. Sebelumnya, telah kita ketahui bahwa perubahan kecepatan tiap satuan waktu disebut sebagai percepatan. Sehingga, kita simpulkan bahwa benda yang bergerak melingkar dengan kecepatan sudut konstan juga mengalami percepatan, dan percepatan tersebut haruslah selain percepatan tangensial. Mari kita namai percepatan tersebut yang mengubah arah kecepatan tangensial benda yang bergerak melingkar sebagai percepatan sentripetal. Untuk mendapatkan percepatan sentripetal, kita perlu meninjau perubahan kecepatan tangensial saat di titik Q bila dibandingkan dengan saat di titik P. Untuk keperluan ini, mula-mula kita tinjau gerak melingkar dengan laju konstan dan menggambarkan vektor kecepatan di kedua titik seperti pada gambar 4 gambar kiri. Selisih kedua vektor kecepatan dituliskan sebagai ~v = ~vQ− ~vP gambar kanan. Terlihat bahwa segitiga yang dibentuk oleh vektor-vektor posisi yaitu ~rP, ~rQ, dan ~r dan vektor-vektor kecepatan ~vP, ~vQ, dan ~v kongruen. Perbandingan sisi-sisi kedua segitiga memberikan r r = v v atau v = v rr. 13 4Sehingga kita dapat menentukan percepatan, a ≡ v t = v r r t {z} v = v 2 r . 14 Arah dari percepatan sentripetal ditentukan oleh arah vektor ~v. Dari gambar, terlihat bahwa arah ~v adalah menuju pusat putaran. Telah kita dapatkan besar dan arah percepatan sentripetal seperti pada bagian sebelumnya. Dq x y O P ⃗ rP ⃗ rQ Q P ⃗ rP ⃗ rQ Q ⃗ vQ Δ ⃗v Δ θ Δ θ Gambar 4 Kiri gambaran vektor-vektor posisi dan kecepatan benda saat berada pada titik P dan Q. Kanan jika titik P dan Q dibuat berhimpit, maka segitiga yang dibentuk oleh vektor-vektor posisi dan perubahannya ~rP, ~rQ, ~r serta vektor-vektor kecepatan dan perubahannya ~vP, ~vQ, ~v adalah dua segitiga yang kongruen. Perhatikan pula bahwa arah ~v berkebalikan dengan ~rP. 4 Gaya Sentripetal Secara sederhana, gaya sentripetal adalah gaya-gaya yang menghasilkan percepatan sentripetal. Dengan demiki-an, gaya sentripetal adalah jumlah semua komponen gaya yang bekerja pada benda dan arahnya menuju pusat putaran. Contoh yang cukup sederhana, ketika sebuah benda diikat oleh tali kemudian diputar hingga membentuk lintasan lingkaran pada bidang horizontal, tegangan tali yang arahnya menuju pusat putaran berperan sebagai gaya sentripetal. Sehingga pada arah radial berlaku X F = masentripetal⇔ T = mv2/r. 15 T Gambar 5 Benda diikat tali dan berputar dalam lintasan lingkaran yang berada pada bidang horizontal. Anak panah merah menunjukkan arah putaran benda. 5mg ke bawah menuju pusat putaran, maka saat itu gaya sentripetal yang bekerja pada benda adalah jumlahan kedua gaya tersebut. Sehingga pada arah radial berlaku, X F = masentripetal⇔ T + mg = mv2/r 16 Kemudian ketika benda berada di titik terendahnya, arah tegangan tali adalah ke atas menuju pusat putaran dan gaya berat ke bawah menjauhi titik pusat putaran, sehingga gaya sentripetal yang dialami benda adalah T − mg, X F = masentripetal⇔ T − mg = mv2/r 17 T mg T mg Gambar 6 Benda diikat tali dan berputar dalam lintasan lingkaran yang berada pada bidang vertikal. Gambar kiri menunjukkan diagram benda bebas saat benda berada di titik tertinggi lintasan, sedangkan kanan saat benda berada pada titik terendahnya. Anak panah merah menunjukkan arah putaran benda.
Pada kesempatan kali ini, kita akan belajar tentang sistem koordinat pada Aplikasi AutoCAD. Materi ini termasuk materi dasar AutoCAD yang sangat penting untuk kita pahami, karena sangat bermanfaat dan sangat membantu proses pasti tahu kan,Saat membuat objek menggunakan AutoCAD, sering kali kita harus menentukan berbagai macam titik point. Sebagai contoh, saat menjalankan perintah LINE, kita harus menentukan first point dan next point. Kemudian saat menjalankan perintah MOVE, kita harus menentukan base point dan second titik-titik tersebut ada yang boleh kita klik sembarang di layar kerja dan ada juga yang harus kita tentukan koordinat menentukan koordinat titik secara spesifik antara lain untuk menentukan arah garis, panjang garis, jarak perpindahan objek dan lain menentukan koordinat titik secara spesifik, AutoCAD memiliki tiga sistem koordinat yang bisa kita pilih sesuai kebutuhan yaitu Absolute, Relative dan Polar. Untuk penjelasan lebih lengkap, baca artikel ini sampai Koordinat Pada Aplikasi AutoCADSistem koordinat adalah sistem yang kita gunakan untuk menentukan titik koordinat secara spesifik pada sumbu X, Y dan bisa mengetahui arah sumbu X, Y dan Z dengan melihat UCS Icon di layar kerja AutoCAD. Untuk gambar 3D, UCS icon menunjukkan sumbu X, Y dan Z. Sedangkan untuk gambar 2D hanya ada sumbu X dan Y materi dasar AutoCAD ini lebih mudah dipahami, saya akan contohkan masing-masing sistem koordinat untuk membuat garis pada layar kerja 2D sebelumnya, pahami dulu arah koordinat pada Aplikasi AutoCAD dengan melihat gambar di bawah gambar di atas kita tahu bahwa arah kanan adalah sumbu X positif, kiri X negatif, atas Y positif dan bawah Y sekarang saya jelaskan sistem koordinat AutoCAD satu Sistem Koordinat AbsolutKoordinat absolut kita gunakan untuk menentukan titik koordinat secara spesifik dengan menginput nilai koordinat mutlak. Prinsipnya, semua pembuatan titik kita hitung dari koordinat origin 0,0 dari layar kerja AutoCAD. Titik origin ini adalah titik tempat UCS Icon gambar di atas,Titik P1 berada pada koordinat 4,3. Artinya jarak titik P1 terhadap titik origin 0,0 pada sumbu X adalah 4. Sedangkan jarak titik P1 terhadap titik origin 0,0 pada sumbu Y adalah P2 berada pada koordinat 8,9. Artinya jarak titik P2 terhadap titik origin 0,0 pada sumbu X adalah 8. Sedangkan jarak titik P2 terhadap titik origin 0,0 pada sumbu Y adalah Garis Dengan Metode AbsolutFormat penulisan sistem koordinat Absolut adalah x,yx adalah jarak titik terhadap titik origin 0,0 pada sumbu adalah jarak titik terhadap sumbu origin 0,0 pada sumbu untuk membuat garis seperti contoh di atas dalam AutoCAD adalahCommand L [enter]Specify first point 4,5 [enter]Specify next point 9,8 [enter]Catatan nilai koordinat x dan y kita pisahkan dengan tanda koma , bukan tanda titik ..Baca juga7 Tips Belajar AutoCAD OtodidakDaftar Shortcut Perintah AutoCADPengaturan Awal AutoCAD2. Sistem Koordinat RelatifKoordinat relatif kita gunakan untuk menentukan koordinat titik dengan menghitung jarak dari titik sebelumnya. Jadi sistem koordinat relatif ini tidak bisa kita gunakan untuk menentukan titik titik P2 pada gambar di atas. Sebenarnya titik P2 berada di koordinat 8,9. Tetapi pada gambar di atas nilai koordinat relatifnya adalah 4,6.Kenapa ?Karena koordinat relatif kita hitung dari koordinat titik gambar di atas, koordinat titik sebelumnya P1 adalah 4,3.Titik koordinat absolut P2 = 8,9Titik koordinat relatif P2 = X P2 – X P 1,Y P2 – Y P 1.= 8 – 4,9 – 3 = 4,6Membuat Garis Dengan Metode RelatifFormat penulisan sitem koordinat relatif adalah dx,dydx adalah jarak titik terhadap titik sebelumnya pada sumbu adalah jarak titik terhadap titik sebelumnya pada sumbu membuat garis seperti pada contoh di atas menggunakan metode relatif adalah sebagai berikutCommand L [enter]Specify first point 4,5 [enter]Specify next point 4,6 [enter]CatatanPada contoh di atas, penentuan titik yang menggunakan metode relatif hanya pada titik P2. Titik P1 tetap menggunakan metode absolut, karena metode relatif tidak bisa kita gunakan untuk menentukan titik Sistem Koordinat PolarMetode koordinat polar kita gunakan untuk menentukan titik baru berdasarkan jarak dari titik sebelumnya serta menentukan besarnya sudut yang terjadi antara kita aplikasikan dalam pembuatan garis, maka jarak antar titik menjadi panjang garis, dan sudut yang terjadi antara dua titik menjadi kemiringan gambar di atas, jarak antara P1 dan P2 adalah 5, sudut yang terjadi antara titik P1 dan P2 adalah 45°.Membuat Garis Dengan Metode PolarFormat penulisan sistem koordinat polar adalah panjang format yang digunakan untuk sistem koordinat polar adalah